— 4
Akhir tak bahagia
Radine mengusap kasar air matanya yang tidak mau berhenti, ia berdiri di tepi jalan menunggu ada taksi lewat. Dan bodohnya ia tak berpikiran untuk memesan ojek online saja. Radine sibuk dengan kebenciannya pada Nala, juga pada dirinya sendiri.
“Ra, kasih aku kesempatan buat ngobrol.” Tangannya di raih dari belakang oleh Nala, tapi langsung di tepis kasar olehnya.
“I'm not your Rara anymore!”
Teriakan Radine membuat Nala menundukkan kepalanya, apalagi dengan wajah gadis itu yang bersimbah air mata. Nala rasanya tak kuasa juga menahan air matanya.
“Pergi!”
“Ra...”
“Gue benci di panggil Rara!”
“Kasih aku waktu buat minta maaf.”
“Pergi! Asal lo tau gue nyesel pernah mencintai lo! Kalo bisa ngulang waktu, gue gak akan pernah mau ketemu manusia kayak lo!”
“Maafin aku Ra, maaf.”
“Lo brengsek banget Na, brengsek!”
Tangisan Radine memilu, gadis itu bahkan tak lagi mampu menopang tubuhnya sendiri. Ia tersedu-sedu, membuat Nala memberanikan diri untuk menopang tubuh Radine. Di peluknya tubuh lemah itu. Meski dadanya di pukul Radine berkali-kali, tapi Nala tak melepaskan dekapannya.
“Kenapa semesta jahat banget nemuin gue sama lo lagi setelah tiga tahun.” tiap Racauan Radine rasanya menyayat Nala perlahan. Perkatanya mengandung luka.
Dengan sisa tenaga Radine memukuli Nala, tangisannya tak kunjung berhenti. Ini adalah kesedihan yang ia tahan sejak tiga tahun lalu. Keduanya kini sama-sama menangis dengan tubuh saling memeluk.
Munafik jika Radine mengatakan tidak merindukan dekapan hangat ini, meskipun ia membenci Nala sehebat apapun nyatanya pelukan pemuda itu tetap memberikan kenyamanan. Dan Radine tak mampu mengalahkan kenyamanan itu untuk sekedar memberontak dan melepaskan diri. Pada akhirnya ia pasrah, menangis dalam pelukan pisau yang melukainya.