—Bestie, never fall in love?

Yang baru saja kalian baca itu adalah penggalan kisah 2 tahun lalu. Kisah awal dimana Dewantara kehilangan perannya sebagai seseorang yang selalu Raline andalkan.

Kehilangan, tentu saja.

Seseorang yang biasanya melakukan semua hal bersamamu, tiba-tiba saja tidak lagi mengandalkanmu. Peran itu terganti.

Raline kini apa-apa Harsa, tiap kali meluangkan waktu bertamu Dewa yang muncul dari mulut gadis itu adalah cerita tentang pacarnya.

Harsa, Harsa, dan Harsa.

Dewa tak lagi merasa penting di kehidupan gadis itu. Bahkan ia kadang merasa telah dilupakan.

Apakah wajar jika Dewa merasa iri pada calon suami sahabatnya?

Iya, kemarin Raline mengabarinya tentang pernikahan gadis itu minggu depan. Terlalu mendadak memang, Dewa bahkan tak punya kesempatan menanyakan banyak hal.

Kemarin mereka bertengkar, Dewa merasa Raline mengkhianati persahabatan mereka, ia tidak diberi tahu apapun tentang hubungan mereka tiba-tiba saja mau menikah, apakah Dewa tidak lagi penting?

Hari ini Dewa ada janji temu dengan Harsa, laki-laki itu semalam menghubunginya. Katanya ada yang perlu ia sampaikan pada Dewa.

Selama berpacaran dengan Raline, Harsa hanya beberapa kali bertemu dengan Dewa. Tapi ia cukup tau banyak hal tentang sahabat kekasihnya itu.

Harsa menyanbut kedatangan Dewa dengan senyuman, ada banyak hal yang perlu ia sampaikan.

” Gue pesenin Brazilian Lemonade, masih suka itu kan?” Tanya Harsa ketika Dewa baru saja duduk di kursi depannya.

” Masih, kok lo tau gue suka itu?” Harsa tersenyum, tentu saja bahkan makanan kesukaan Dewa pun Harsa tau.

” Raline yang bilang.” Dewa hanya mengangguk mendengarnya, tentu saja gadis itu pasti tadi yang mengirim pesan untuk memesan minuman kesukaannya.

” Thanks udah luangin waktu.”

” Noprob, mau ngomongin apa?” Dewa rasanya enggan berbasa-basi lagi.

” Mau minta izin to marry your bestfriend.” Harsa tulus mengucapkanya.

” Really dude? Lo minta izin ke gue? Gue bukan siapa-siapanya kali, dengan ada atau engganya izin dari gue lo tetep bisa nikahin Raline.” Harsa menggeleng pelan mendengar sarkasan itu.

” Lo penting dihidupnya Wa,”

” Ga lebih penting dari lo.” Dewa memotong begitu saja ucapan Harsa.

Bukannya marah Harsa justru tertawa, ia akhirnya paham kenapa semalam Dewa dan Raline bertengkar hanya karena kabar pernikahan mereka.

” Lo pernah cinta sama Raline gak?”

Dewa melotot kaget mendengar pertanyaan itu, hell!

” Pertanyaan lo gak nyambung!”

” Cause she loves you.” Harsa menatap Dewa yang emosinya tersulut.

” Lo kalo mau bikin omong kosong ga perlu repot-repot ketemu gue kayak gini, buang-buang waktu!”

” 2 tahun, akan selalu ada nama Dewa dalam setiap cerita yang Raline sampaikan. Lo tau gak gimana rasanya, cewek lo selalu nyeritain cowok lain? Gue awalnya bisa memaklumi itu, kalian udah bersahabat dari kecil. Tapi Wa, perasaannya sama lo itu lebih dari seorang temen. Dia beneran cinta sama lo.”

Dewa tak bersuara, ia terdiam mendengarnya.

” She loves me, but she loves you too.”

” Kita punya porsi yang berbeda dalam hatinya, punya peran yang berbeda dalam kehidupannya. Tapi lo ga bisa menampik itu kalo lo cinta sama Raline.”

Dewa kini menatap Harsa dengan berani,

” Terus kalo emang gue cinta sama dia, lo mau apa? Batalin pernikahan kalian?”

Harsa lagi-lagi tersenyum menanggapi Dewa yang rasanya selalu sensi dengannya.

” No, lo udah kehilangan kesempatan itu 2 tahun lalu. Kalian berdua sama-sama denial, sama-sama bersembunyi di balik persahabatan itu. Seandainya lo dulu mau mengakui itu, gue yakin Raline juga akan mengakui perasaannya. “

” Sekarang Raline calon istri gue Wa, perasaannya sama lo udah selesai. Kita sama-sama mencintai dia, tapi setelah ini tolong cintai dia dengan batasan yang ada. Dia bakal jadi istri orang.”

Dewa menelan ludahnya susah payah, apa yang di tuturkan Harsa benar-benar menamparnya.

” Lo nyuruh gue menjauh dari kehidupannya?”

Harsa menggeleng, “ Engga, gue mau ngajak lo buat bahagiain dia sama-sama. Tapi dengan cara yang berbeda, bagaimana pun juga lo sahabat terbaiknya.”

” Lo beneran cinta sama Raline?”

” Gue ga akan melangkah sejauh ini kalo ga cinta sama dia.”

Dewa menghela napas, ah andai saja. Ya hanya sekedar andai,

” Tolong bahagiain dia, gue udah ngelepas dia buat lo, kalo lo bikin dia kecewa gue orang pertama yang bakal ngirim lo ketemu malaikat maut.”

Harsa mengangguk mantap, “ Pasti Wa, tanpa lo kasih tau pun gue akan berusaha gak ngecewain dia.”

” Tolong datang ke pernikahan kami ya Wa, dia semalem nangisin lo, wedding dreamnya ga akan sempurna tanpa kehadiran lo.” Kali ini Harsa memohon, ia tidak cemburu meski mengetahui fakta bahwa laki-laki yang sedang dia bujuk itu mencintai calon istrinya.

Harsa tau Dewantara tidak akan mengambil Raline darinya.

Dewa mengangguk, ia menyadari betapa semalam bertingkah terlalu kekanak-kanakan.

Sebelum pamit pergi, Harsa mengucapkan kalimat yang selama ini ingin sekali dia ungkapkan pada Dewa,

” Sorry, gue mencuri hati Raline dari lo. Semoga lo dapet perempuan yang bisa lo ajak bahagia sama-sama Wa, kayak gue yang akhirnya menemukan Raline.”

Dewa kali ini harus mengakui kekalahannya, mau bagaimanapun akhir dari pertarungan tak kasat mata selama 2 tahun itu dimenangkan Harsa.

Setidaknya Dewa merasa lega, sahabatnya akan menikah dengan orang yang tepat.

Dewa yakin, Raline akan mendapatkan bahagianya bersama Harsa. Meski dulu ia berharap ia yang akan membahagiakan gadis itu selamanya.

Nyatanya takdir berkata lain bukan?