—Boyfriend.

Harsa tergopoh menghampiri Jenoah di lobby yang tengah memegangi Raline, gadis itu teler. Meracau tak jelas, seperti kebiasaannya tiap kali meminum alkhohol.

“Aduh berat banget sih nyil!” Harsa mengaduh begitu kesulitan mengangkat tubuh Raline ke pundaknya, apalagi dengan gadis itu yang umek tidak bisa diam.

“Gue bantuin ke atas...” Jenoah menawarkan diri, namun di tolak Harsa.

“Gak usah Je, gue bisa kok biasanya juga gini. Btw makasih ya udah ngaterin dia dan gak di apa-apain.”

Jenoah hanya mengangguk, lalu pamit untuk pulang meski sebenarnya di benaknya menyimpan banyak tanya.

Benerkah mereka hanya berteman?

Begitu sampai di kamar Raline Harsa langsung melemparnya ke atas ranjang, gadis itu masih terus meracau. Tak peduli dengan Harsa yang kini melepas seluruh atribut di tubuhnya, mulai dari kaos kakinya sampai mengganti bajunya dengan piyama.

Harsa sudah biasa melakukannya ketika Raline tak sadarkan diri begini...

*“IH HARSA TUH ANEH GUE GAK PERNAH DI BOLEHIN BAWA MOBIL SENDIRI!” Raline kini memakinya tanpa kesadaran.

“Lo nabrak kalo nyetir, mau mati muda?” Meski tau ucapannya tak akan di tanggapi tetap saja Harsa menjawab celotehan tidak jelas Raline.

“Posesip banget, pacar juga bukan.”

“Gue kan sahabat lo.” Harsa mengusap pelan wajah Raline dengan kapas, ia dengan telaten menghapus make up Raline.

Raline mengerjapkan matanya ketika wajahnya dan Harsa hanya berjarak beberapa senti, jemari lentiknya tiba-tiba tergerak untuk mengelus pipi Harsa.

“Lo ganteng tau?” Harsa mengabaikan perkataan itu, lagi-lai sudah terbiasa dengan omongan Raline ketika mabuk.

“Kenapa ya kita gak pacaran aja?Hahahaha lucu banget kalo misalnya kita pacaran ribut tiap hari.” Harsa masih tidak tertarik membalas ocehan Raline.

“TAPI GAK MUNGKIN SIH!” Raline tiba-tiba berteriak, kemudian mimik wajahnya berubah sendu.

“Pacar idaman Harsakan siapa aja asal bukan Raline.” Ia membalikkan tubuhnya untuk membelakangi Harsa dan menjauh ke ujung ranjang, merajuk.

Harsa menghela napasnya, lalu ikut berbaring di belakang Raline. Menarik selimut untuk mereka berdua sebelum memeluk Raline dari belakang.

Baru saja matanya memejam, tapi Raline membalikkan tubuhnya menatap Harsa dengan tatapan memohon, “Kiss me...”

Tidak perlu di minta dua kali, Harsa langsung menyambut bibir Raline yang di sosdorkan padanya. Kali ini bukan hanya kecupan singkat, tapi sebuah lumatan cukup panas. Harsa bahkan menahan tengkuk Raline, dan merangkum rahangnya.

Ciuman mereka baru terlepas ketika dirasa Raline kesulitan bernapas, Harsa menghapus bekas saliva keduanya yang jatuh di sekitaran bibir Raline. Lalu ia kembali mendekap Raline.

Rupanya Raline tak tinggal diam, sebelum benar-benar memejamkan matanya ia menyempatkan untuk melepas kancing kemeja harsa satu persatu, lalu menempelakan kepalanya di dada polos Harsa.

Tempat favorit Raline untuk pergi tidur...