—Dekati sang pencipta.
Ralina sudah selesai dengan patah hatinya semalam, ketika sang Buya bilang ingin mengarahkan Agan–seorang santri kepercayaan Buyanya, menjalani Ta'aruf dengan salah satu santriwati pilihan Buya.
Semalam ia sempat bertanya, apa doanya tidak di dengarkan sang pencipta? Ia selalu meminta supaya kelak pria itu yang menjadi imamnya. Menjadikan halal pandangannya pada pria yang selama ini hanya ia kagumi dari jauh, dalam diam.
Ia sempat bertanya apakah untuk Agan, Raline tidak cukup sholihah? Kenapa Buya tidak menjodohkan mereka saja?
Ralina lupa, yang shalih saja tidak cukup untuk mendapatkan shalihah. Perihal jodoh bukan perkara pantas atau tidak pantas, itu adalah rahasia milik tuhan.
Garis takdir sudah di tetapkan.
Jika tidak berjodoh denganmu artinya yang tertulis di lembar takdirmu bukan dia.
Pagi ini ketika ia termenung di balkon kamarnya, tak sengaja mendengar,
” Ketika Zulaikha mengejar cinta Nabi Yusuf, Allah menjauhkannya. Tapi ketika Zulaikha mengejar cinta Allah, sang penciptanya, Allah dekatkan Yusuf dengan Zulaikha.”
Itu suara dari pengeras suara di asrama putra, rupanya mereka sedang mengaji.
Apa yang di sampaikan ustad itu seolah menampar Ralina. Ia selama ini hanya meminta Agan menjadi imamnya, tapi lupa untuk meminta di berikan yang terbaik yang paling pas untuk bersamanya.
Ralina salah.
Doanya perlu di koreksi, doanya harusnya tidak meminta siapa, tapi siap untuk menerima siapa.
Karena penasaran Ralina akhirnya bertanya pada seorang santri yang sedang membersihkan halaman ndalem,
” Mas, yang ngisi ngaji di asrama putra sekarang siapa njih?”
Santri itu menunduk, tidak berani menatap lawan bicaranya,
” Ngapunten Ning, insyaallah ustad Harsa menawi mboten klintu.”
Ralina mengangguk paham, ia tidak terlalu mengenal pria itu, tapi sempat mendengar santriwati beberapa kali membicarakan tentangnya.
Sepertinya ustad idola.
Ah! Umma juga beberapa kali menyebutkan namanya di meja makan, memuji betapa bagus unggah ungguhnya.
Jika tidak salah Buya pernah bilang Harsa minta di carikan calon istri beberapa saat yang lalu, Umma minta Buya untuk kenalkan saja dengan salah satu santriwati terbaik mereka.
Tapi Buya bilang, “ Harsa sudah seperti keluarga sendiri, pengabdiannya luar biasa. Harsa harus dapat mawar terbaik, jika ia Ali maka akan Buya berikan Fatimah.”
Jika ia Ali, maka akan Buya berikan Fatimah.
Fatimahnya Buya.
Putrinya Buya?