Haechan hanya menatap gelas-gelas koktail di depannya, tidak lagi berniat meminumnya setelah satu tegukan tadi. Pikirannya berkelana kemana-mana, penuh dengan jadwal pekerjaan yang tak kunjung mereda dan penuh dengan seseorang yang mulai ia rindukan.
ah mungkin memang sudah ia rindukan sejak terakhir kali suaranya terdengar di telpon, Somi tidak lagi menghubunginya sejak telponnya sebulan lalu. Haechan juga enggan meluruskan pertengkaran mereka, terlalu lelah dengan kesalahan yang terus diulang itu.
Status memang masih menjalin kasih, tapi keduanya sudah tak lagi berkomunikasi. Saling menyibukkan diri dengan pekerjaan masing-masing, Somi dengan puluhan iklan nya dan Haechan dengan puluhan stage shownya.
Malam ini Eric mengajaknya sedikit melupakan kesibukan duniawi dengan menghadiri megahnya gemerlap dunia malam. Ia harap juga mampu sedikit melupakan isi kepalanya yang penuh ingin meledak itu.
Alih-alih menikmati lantai dansa, Haechan justru duduk diam di sofa. Sampai seseorang menghampiri nya, ikut duduk disebelahnya. Tatapannya otomatis mengarah pada perempuan yang tengah mengenakan leather jacket kesayangannya itu, ah rindu sekali rasanya.
Sekuat tenaga Haechan menahan diri untuk tidak memeluk Somi yang baru saja melepas jacket miliknya itu. Jacket yang ia tinggal di apartemen perempuan itu sebelum keberangkatan nya ke Indonesia lebih dari sebulan lalu.
“hai!” Somi menyapa pelan, sedikit merasa awkard dengan keadaan mereka. Apalagi Haechan hanya membalasnya dengan anggukan, dengan tatapan intensnya yang menakutkan.
Mereka saling diam sampai tiba-tiba saja Eric memeluk keduanya dari belakang, “Baikan deh lo berdua, atau kalo udah gak bisa cepatan putus yang ngantri lo berdua sa banyaknya.” Tentu saja ucapan itu membuat keduanya membelalakkan mata seolah tak terima.
“Kesini sama siapa?” Somi spontan menoleh ketika akhirnya Haechan mengeluarkan suaranya, ah rindu sekali rasanya. Sudah sebulan lebih ia hanya mendengarkan suara madu itu lewat platform musik.
“Sendiri” Haechan hanya mengangguk mendengarnya, lalu mengganti posisi duduknya dengan menumpu kedua siku dipahanya dan tangan yang bergenggaman. Membuat Somi akhirnya menggigit bibirnya sendiri.
“Eric bilang tadi kamu kesini, jadi aku kesini sekarang” cicit Somi pelan, bahkan mungkin hanya Haechan yang dapat mendengar suaranya itu di tengah hiruk pikuk musik yang tengah diputar.
Haechan mengangkat sebelah alisnya seperti bertanya, “Hyuk, aku gak bisa gini terus. Let's clear it, now or never!”
Haechan menghela nafasnya, “Kamu maunya gimana?” suaranya begitu lembut membuat Somi ingin menangis lagi mendengarnya.
“Aku minta maaf atas kesalahan yang aku lakuin di Milan waktu itu, maaf selalu nyalahin kamu juga atas —”
“Mi, aku gak suka kamu clubbing sama orang yang gak aku kenal karena aku gak tau dia bisa jaga kamu apa engga. Aku gak bisa pastiin kamu aman atau enggaknya, gimana kalo dia lakuin sesuatu sama kamu? Gak ada yang tau apa yang akan terjadi sama orang yang lagi mabukkan?”
“Sebagai laki-laki normal aku tau kamu itu emas ditumpukan jerami, semua mata keranjang itu lapar natap kamu. Di Korea kamu aman, karena banyak temen-temen ku yang ikut jagain, kalau diluar sana? Aku harus nitipin kamu ke siapa?”
Somi menundukkan kepalanya, “Bahkan seandainya kamu bukan pacarku laki-laki disini sekarang akan berlomba mendaratkan tangan-tangan kotor mereka ke kamu Mi.”
“Maaf ya, aku salah. Aku cuma mikirin kesenengan —”
“Iya, jangan di ulangi!” Haechan meraih tubuh Somi dalam dekapannya. Tidak ingin memperpanjang lagi pertengkaran mereka.
“Aku waktu itu clubbing nya sama —”
“I don't like him, he likes you. Aku cemburu banget jangan pergi sama dia lagi.” Somi tidak membantah lagi, ia semakin menenggelamkan kepalanya di pelukan Haechan yang begitu ia rindukan.
Berakhir dengan Haechan yang justru mengangkat tubuhnya keatas paha untuk dipangku, pinggangnya turut di peluk erat. Bersmaan dengan cecapnya yang di ajak beradu manisnya sisa koktail yang baru mereka teguk.
Ah rasanya lebih baik kembali ke apartemen milik salah satunya, menuntaskan dahaga kerinduan yang sudah tertahan lebih dari sebulan. Haechan butuh amunisi untuk mengisi kembali energinya. Pun Somi yang merindukan kehangatan di balik selimut mereka.