—Jeju, dan kamu.

2 jam setelahnya Haechan akhirnya sampai di kediaman keluarganya. Dia benar-benar pulang sore itu, tidak peduli dengan umpatan para member.

Tenang, dia akan kembali ke Seoul sebelum jadwal mereka dimulai besok.

Masuk ke dalam rumah yang ia cari pertama kali adalah si Ibu, perempuan paruh baya itu sedang sibuk memasak makan malam di dapur.

” Ibu...”

” Loh? Abang pulang? Bukannya jadwal kamu padet banget ya?”

” Biasalah buceennn!” Teriakan sang adik dari ruang tengah membuat Ibu terkekeh, dasar anak muda.

” Dia dimana bu?” Meski tanpa menyebut nama pun, Ibu tau siapa yang putranya maksud.

” Ada di kamar kamu, ibu suruh istirahat. Dari tadi sampai di bandara heboh banget gak bisa diem.”

Haechan tersenyum mendengarnya, merasa lega bahwa meskipun hubungan mereka telah berakhir gadis itu tetap menjalin hubungan yang baik dengan keluarganya.

” Dasar, yaudah abang ke kamar dulu ya bu?” pamitnya, lalu melangkah menuju kamar yang sudah lama tidak dia singgahi.

” Kalo lagi tidur jangan di ganggu ya Bang, kasian.” Sang ibu mengingatkan, takut kalau putranya mengganggu waktu istirahat tamu spesialnya.

Haechan membalasnya dengan gumaman pelan, “ Dia mah paling juga lagi selca yang banyak, mana ada lelahnya sih tuh anak.”

Jadi kangen kan.

Haechan membuka pintu kamarnya, benar saja seperti dugaan Somi sedang berswafoto di kamarnya. Memilih dari berbagai angle, rupanya gadis itu belum menyadari kehadirannya.

” Ekhem!”

” HAH!” Keterkejutan Somi membuat Haechan terkekeh, wajahnya menggemaskan sekali.

Setelah mengatasi rasa terkejutnya, Somi lantas berkacak pinggang dan menatap Haechan garang.

” Ngapain lo kesini!?” Ketusnya, Haechan mengangkat sebelah alisnya, ini Somi gak salah ngasih pertanyaan kan?

” Sorry, tapi harusnya gue yang nanya gitu kan?”

Somi akhirnya teringat sesuatu, yang Haechan ucapkan memang benar. Inikan rumah pemuda itu, ya terserah dia juga mau kesini atau tidak.

Tapi tapi perempuan gak pernah salah kan?

” Ya suka-suka gue dong!”

” Yaudah suka-suka gue juga.” Haechan lalu masuk ke dalam kamar, ia memilih duduk di tepi ranjang. Tidak takut meskipun di tatap begitu tajam oleh gadis di depannya.

” Keluar ih! Gue mau istirahat, lo ganggu banget husss husss!!” Somi mengusir si empunya kamar, dia bahkan menarik lengan Haechan untuk beranjak dari duduknya.

Bukannya bangkit Haechan justru semakin kuat mempertahankan duduknya.

” Kebalik Somiah! Ini kamar gue, gimana sih!” Haechan menyentil pelan kening Somi, membuat gadis itu cemberut.

Gemas sekali!

” Ih sama Ibu suruh gue tempatin dulu selama gue disini, jadi untuk sementara ini kamar gue!” Lagi, Somi masih tidak mau kalah dengan ucapan Haechan.

” Enak aja! Ini kamar gue, jadi terserah gue dong mau disini atau engga.” Haechan semakin keukeh mempertahankan hak kepemilikannya.

” Ngalah dong Chan, gue tamu loh disini. Inget tamu adalah Raja! Minggir-minggir!” Somi bahkan sekarang sudah naik ke atas ranjang, lalu mendorong Haechan dari belakang.

Meski telah di dorong dari atas ranjang, Haechan tetap tidak mau mengalah ia kini juga ikut naik ke atas, merebahkan tubuhnya di sebelah Somi yang duduk bersila.

” Berisik amat! Yaudah sini berbagi kamar aja!”

“GAMAUU!! SIAPA LO!?”

” Lah iya juga ya, udah bukan siapa-siapa.” Setelahnya Haechan tertawa miris, menertawakan dirinya sendiri.

Di pikir-pikir, untuk apa dia jauh-jauh pulang ke Jeju malam ini ya?

Keduanya akhirnya terdiam, Somi sibuk dengan pikirannya sendiri menatap ke segala arah yang penting tidak menatap manik milih mantannya itu.

Sementara Haechan menatap langit-langit kamarnya, menerawang masalalu.

” Lo kangen gue ya? Sampek liburan sendirian kesini, mampir ke rumah lagi.” Entah pertanyaan atau pernyataan yang baru saja Haechan sampaikan itu, tapi sukses membuat Somi menoleh dan menatapnya.

” GAK KANGEN! LO JELEK NGAPAIN DI KANGENIN!”

Somi dengan segala gengsinya, lucu! Tentu saja membuat Haechan terkekeh,

” Yah berarti gue doang dong yang kangen?” Haechan kini ikut bersila di depan Somi, bahkan dengan begitu berani menatap mata gadis itu.

Dari posisi seperti ini Somi merasa di intimidasi, jantungnya bahkan berdegup lebih kencang.

Haechan ganteng banget!

” Gue emang sengangenin itu, jadi gak heran.” Ini adalah jawaban yang Somi harap dapat menutupi kegugupannya.

Tapi rupanya gurauan itu tak membuat Haechan tertawa kali ini,

” Gue gak suka kangen sendirian, lo gak mau nemenin gue kangen gitu?”

Pertanyaan Haechan rasanya mencubit dadanya, agak nyeri.

” Jangan serius gitu! Muka lo jelek kalo gitu.” Somi mendorong muka Haechan sedikit menjauh darinya.

Pemuda itu akhirnya memilih kembali merebahkan diri, kembali menatap langit-langit kamarnya.

” Gue gak nyangka kangen sama lo rasanya seberat ini.”

Somi akhirnya ikut merebahkan diri sebelah Haechan, ikut menatap langit-langit kamar juga.

” Lo cuma kangen, karena belum terbiasa.”

Haechan kini beralih menatap Somi, gadis itu kini memainkan jarinya sendiri di atas perut.

” Chan, kangen belum tentu mau balik lagi kan?”

Pertanyaan Somi kali ini menamparnya, jadi rindunya selama ini untuk apa?

” Lo bener, tapi gue mau balik lagi, bukan sekedar kangen aja. Ada banyak hal yang perlu kita perbaiki sama-sama, lo udah lama jadi bagian dari tujuan hidup gue harusnya gue perjuangkan untuk tetap bertahan, gak pasrah gitu aja pas lo mau pergi...

... harusnya gue tetep berusaha kan bikin lo bahagia karena gue?”

Somi tidak menjawab pertanyaan panjang itu, ia tidak tau kata apa yang paling pas untuk menjawabnya.

Tapi Somi tau harus melakukan apa, ia lalu memiringkan tubuhnya menghadap Haechan. Memeluk pemuda itu erat.

Erat sekali, kepalanya menelusup di dada Haechan.

Kembali mencari kenyamanan.

Kadang jawaban memang tidak harus dengan kata bukan?