Jemari mungil yang saling bertautan itu terlepas ketika melihat seorang pria turun dari mobil hitam mengkilatnya. Masih dengan jas yang dipilihkan sang ibu tadi pagi, Mahesa menatap sang ayah dengan bangga. Ia berlari menghampiri Harsa dengan tidak sabaran, meninggalkan gadis kecil yang sedari keluar dari ruang kelasnya ia genggam tangan mungilnya.
“Papaaaaaa!”
“Hai jagoan,” Mahesa meloncat ke gendongan sang ayah. Mengecup kedua pipi Harsa dengan riangnya.
“Mama mana?”
“Hari ini mama dirumah, adek lagi rewel.” Harsa menurunkan sang putra, lalu meraih tas ransel bermotif superhero kesayangan putranya itu untuk ia gendong di bahu kiri.
“Papa jemput sama siapa?”
“Rahasia, nanti liat sendiri ya.”
“Boleh Esa tebak?” Mahesa dengan segala antusiasnya membuat Harsa menjongkokan diri agar sejajar dengan putra kesayangannya itu.
“Coba tebak, kalo bener nanti papa kasih hadiah.”
Mahesa menaruh telunjuknya di dahi, pura-pura sedang berpikir keras lalu menjentikkan jari mungilnya antusias “Sama nenek kan?”
Membuat Harsa menggigit bibir bawahnya menahan gemas, Mahesa menurun sempurna pada sang ibu perihal ekspresi. Tangannya terulur mengelus lembut rambut Mahesa, “Hebat banget anak papa, bisa nebak dengan bener. Mau hadiah apa hmm?”
“Hihihihi, tadi pagi mama bilang mau makan masakan nenekkan. Pasti papa di suruh mama jemput nenek dulu, iyakan?”
“Oh jadi gitu hmm?”
“Tapi Esa tetep dapet hadiahkan?”
“Memangnya mau hadiah apa?”
“Boleh minta jemput papa setiap hari?”
“Ahahahahahaha, ada-ada aja. Memang kenapa kalo dijemput mama atau sopir?”
“Ih Esa mau pamer tau kalo punya papa keren begini.”
“Ini pasti mama yang ngajarin pamer-pamer begini?”
“Heheheheh, jemput tiap hari ya pa?”
“Baiklah bos kecil, mulai besok papa yang jemput kamu.”
“Janji?” Mahesa mengacungkan jari kelingking nya, meminta sang papa untuk berikrar.
“Janji!”
“yeaaayy papa emang paling top mantap is the best.”
*
“Kamu abis janji apa ke anaknya?” Raline memasuki kamarnya dengan berkacak pinggang menatap sang suami yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya.
“Esa udah cerita?”
“Udah bikin siaran satu dunia kalau tiap hari mau di jemput papanya.”
“Ahahahahahhaha, lucu banget persis kamu selalu heboh.” Raline menatap sinis pada Harsa yang kini justru tanpa dosa mendudukan diri di ranjang mereka.
“Jangan janji yang aneh-aneh deh sama anaknya. Udah tau Esa kalo ada orang janji bakal di tagih sampek akhirat!”
“Aneh apanya? Cuma janji jemput tiap hari.”
“Terus kamu bisa nepatin itu pak Harsa yang terhormat?”
Harsa mengangkat alisnya, “Di usahakan.”
“Kamu dan kantor udah sibuk banget loh, belum lagi kalo nanti tiba-tiba di suruh gantiin papap, Esa bakal kecewa kalo kamu gak nepatin janjinya.” Harsa meraih tangan Raline, lalu menuntunnya untuk duduk disebelahnya.
Selagi Raline bersandar pada kepala ranjang Harsa merebahkan kepalanya dipangkuan sang istri, tepat di depan perut yang kini mulai terlihat membuncit itu.
Sambil mengecup pelan perut Raline ia berucap “Bisa, aku usahakan untuk selalu bisa jemput jagoan kita.”
“Adek gimana?” Raline menghembuskan nafasnya pasrah, tangannya kini terulur untuk mengelus pelan rambut suaminya.
“Ya langsung tidur tadi abis digendong kamu, belum bangun. Pules banget kalo udah nempel bapaknya. Heran deh punya anak dua nempel semua sama bapaknya, aku cuma di jadiin tempat singgah sembilan bulan aja.”
Harsa terkekeh dengan keluhan Raline perihal kecintaan anak mereka terhadapnya, dengan singkat ia mengecup bibir sang istri yang sedari tadi menggodanya dengan omelan “bumil ngomel mulu.”
“Ish! Jangan cium-cium!”
“Sini boboan, kamu capek pasti udah beresin rumah seharian.” Harsa menarik Raline untuk merebahkan diri diatas lengannya yang terbuka.
Ia memeluk erat tubuh wanita yang sudah menemaninya hampir 8 tahun itu, pelan-pelan ia tepuk lengan Raline seperti biasa, tangannya yang bebas mengelus lembut alis Raline agar wanitanya segera terlelap.
Begitu memastikan Raline pulas, dikecupnya seluruh permukaan wajah Raline yang selalu menjadi favoritnya. Baik marah maupun bahagia ekspresi Raline selalu menjadi favoritnya.
“Sleep tight mama.”
*
“Esa nanti di jemput papa lagi?” Tanya Mili, gadis kecil yang paling cantik dikelasnya menurut Esa.
“Iya! Mulai hari ini aku bakal di jemput papa terus.”
“Yeayyy!” keduanya bersorak bersama, bahkan saling berpelukan.
“Papa Esa ganteng, Mili suka.”
Mahesa lekas melepas pelukannya, “Kalo sama Esa gantengan siapa?”
“Gantengan papanya lah, hehehe kemarin Mili di kasih dadah sama papa Esa. Nanti kalo Mili sudah besar mau jadi pacar papa Esa.”
Mendengarnya membuat Mahesa melepas genggaman tangannya pada gadis kecil yang selalu ia ceritakan pada sang mama tiap hari itu. Mahesa menghampiri ibu guru di depan kelas, meminta untuk di telponkan sang mama detik itu juga.