Jurnal akhir tahun
Ia menutup blog yang baru saja diunggah penulisnya beberapa menit lalu, matanya menatap pada puan yang berjalan dari kejauhan searah dengan tempatnya kini berada. Sesaat mata mereka bertemu sebelum pandangan si puan teralih pada lalu lalang didepannya. Ia menyapa dengan ramah, “Hai, sama siapa?”
“ Hai! Tadi sama temen, pangling banget lama gak liat kamu.”
“Hehehe, iya dong menyambut tahun baru harus dengan penampilan baru” si puan hanya mengangguk, entah sejak kapan obrolan mereka terasa asing.
“ Anyway aku barusan baca jurnal tahunan kamu.”
“Oh ya? Makasih udah baca,”
“Tulisan kamu pretty good as always, tapi..”
“Tapi?” si puan mengernyitkan dahinya penasaran.
“Kayaknya ada yang terlewat belum kamu tulis dijurnal deh.”
“Memangnya apa yang kulewatkan?”
“ Tidak ada aku rupanya di sana.” Si puan tersenyum sekilas sebelum kembali menatap tuan di depannya dengan datar.
“Tuan, kau berharap ada disana?” yang ditanya tentu saja mengangguk meski perlahan ia juga penasaran alasan tak ada satupun kalimat tentangnya di jurnal tahunan puan di depannya. Tidakkah harusnya ada sepenggal tentang mereka?
Dering ponsel sang puan mengintrupsi mereka, tak ada jawaban atas rasa penasarannya yang ia dengar justru ucap pamit, “ ah maaf aku tidak bisa menemanimu bercengkrama lagi, papa sudah menelpon aku harus segera pulang dan membawakan pesanannya tempo hari.”
Yang bisa ia lakukan hanya menatap punggung yang berjalan menjauhinya, dengan gelutan pikiran menerka banyak hal. Sampai seseorang mengagetkan dan menepuk pundaknya “Yak sekkiya!”
Ia menatap heran perempuan yang kini juga ikut menatap kearah sang puan berjalam pergi, entah dari mana asalnya tiba-tiba ada sesosok perempuan sok akrab ini disebelahnya. “ Kau pasti penasran kenapa tidak ada sepenggal kalimatpun tentangmu dijurnalnya kan? Kau pasti juga penasaran pesanan papanya kan? Sampai ia terburu-buru meninggalkanmu.”
“Kau siapa?”
“ Tidak penting siapa aku, yang jelas aku tau jawaban atas rasa penasaranmu itu.”
“ Memangnya apa?” Bukannya menjawab perempuan antah berantah itu justru menengadahkan tangannya. “Eits bayar dulu! Tidak ada informasi gratis di dunia ini.”
“Ha?”
“Informasiku tidak gratis tuan, kau -”
“YAAK! KIRANA!!” Teriakan dari arah belakang mereka mengintrupsi, membuat ia menoleh dan perempuan disebelahnya mendumel dengan mata terpejam.
“haishh! Prameswari ini ngapain sih!” Gadis bernama Prameswari itu menghampiri mereka dan menjewer telinga Kirana.
“aaduh! Ampun Prameswari!”
“Kan sudah aku bilang jangan ganggu universe lain! Ayo kembali!” Prameswari menarik Kirana untuk menjauh dari si tuan yang kebingungan menatap mereka.
“Bentar ish! hei sekkiya! Dia tidak akan menulis dialog yang belum jelas epilognya bagaimana, dia –”
“ Aish! Sudah jangan dengarkan perempuan aneh ini tuan!” Prameswari kemudia menunduk hormat berpamitan kemudian langsung menarik Kirana pergi dari sana.
“Ah Prameswari tidak asik sama sekali!”