—Kamu dan kenangan.

Setelah pulang dari pesta ulang tahun Mahesa, Raline memutuskan untuk berkunjung ke tempat Harsa, tempat dimana laki-laki itu tertidur nyaman.

Raline meletakkan setangkai bunga matahari yang di bawanya di atas pusara bertuliskan Madaharsa Hestamma.

Tanggal kematiannya persis hari ini, beberapa tahun lalu.

Madaharsa meninggal ketika hendak pergi menyusul istinya ke rumah sakit saat melahirkan Mahesa.

” Asa... putramu hari ini berulang tahun yang kelima.”

Raline tergugu, begitu sesak dalam dadanya.

” Asa.. putramu akan memiliki seorang ayah sambung.”

” Asa... putramu akan memanggil orang lain dengan sebutan papa..” Lagi Raline tergugu begitu keras.

” Asa... harusnya kau disini melihat bagaimana persisnya dirimu dengan Mahesa.”

Kali ini cukup lama Raline menundukkan kepalanya, bahkan ia membiarkan air matanya terjatuh merembes ke tanah.

” Asa... Terimakasih sudah membuat Mahesa hadir di dunia menggantikan mu.”

” Asa... Terimakasih sudah berhasil membuat kak Ayesha waktu itu mempertahankan kehamilannya.”

” Asa.. aku gak kesepian kok, aku tetep ngerasa kamu ada disini. Kamu ada dalam diri Mahesa, kamu menjelma menjadi dia kan?”

” Asa... Aku kangen...”

” Kali ini gak bisa di obatin dengan ketemu Mahesa aja. Asa aku pingin meluk kamu...”

Raline terjatuh ke atas pusara Madaharsa, ia tak lagi sanggup berjongkok menahan badannya.

” Asa tunggu aku ya? Tapi mungkin akan sangat lama, aku masih pingin liat Mahesa tumbuh seperti kamu nanti menjadi laki-laki paling baik dan paling penyayang di dunia.”

Raline akan selalu mengingat perkataan Madaharsa di hari pernikahan laki-laki itu dengan Ayesha.

” Jika kita tidak bisa bersama di kehidupan ini, aku pastikan di kehidupan selanjutnya pun aku akan tetap memilih kamu, atau jika nanti aku pergi dulu dari dunia aku akan dengan sabar menunggu kamu di keabadian.”

Dan Raline percaya kini Madaharsa telah menunggu di keabadian, tapi ia tidak ingin segera bertemu. Raline sudah berjanji untuk melihat Mahesa tumbuh sampai melampaui umur ayahnya.