— 3
Menyambut luka
Andaikan bisa ku ulangi, Ku berjanji takkan menyakiti Takkan pernah ada, hati yang terluka
Suara itu adalah suara yang sudah lebih dari 3 tahun tidak Radine dengar, suara yang setiap hari mencoba ia lupakan dan ia hapus dari memori apapun di hidupnya.
Tapi kini kamu t'lah pergi Membawa semua bahagiaku Mungkinkah ku sanggup menebus semua itu
Tiap penggalan liriknya begitu menyayat, pembawaan si penyanyi yang luar biasa. Juga pada luka lama yang Radine simpan kini kembali menganga, jantungnya berdebar sekaligus berdenyut ngilu.
Dengarkanlah demi apapun Maafkanlah aku, ku tak bisa hidup tanpa kamu Walau siapapun menggantikan mu
Panggung yang mulanya remang-remang kini menyala dengan lampu sorot yang terfokus pada si penyanyi dengan gitar akustik di pangkuannya. Tak hanya suaru merdu menyayat hati, tapi tatapan pemuda itu juga penuh luka. Sama seperti Radine yang kini sekeras mungkin menahan air matanya.
Mungkin benar Cinta sejati datang cuma sekali Dan ku akui itulah cintamu Di hatiku Tak lekang oleh waktu
Radine tidak lagi sanggup berada lebih lama disana, ia meraih tasnya dan langsung beranjak dari duduknya. Membuat Raline yang tadinya menghayati lagu kebingungan melihatnya.
Apalagi melihat Radine yang justru mendekat ke arah panggung, bukan pergi keluar cafe.
Gadis itu berdiri di depan sang penyanyi yang tengah membungkukan badannya menerima tepuk tangan meriah dari pengunjung cafe. Begitu si pemuda mengangkat tubuhnya tegap, tamparan Radine melayang begitu saja.
Seketika membuat seisi cafe heboh, beberapa pegawai sudah maju hendak membawa Radine keluar. Tapi Jenoah mengangkat tangannya, memberi isyarat untuk semua orang tetap pada tempatnya.
“Itu tamparan untuk tiga tahun lalu yang belum sempat gue kasih ke lo, sekaligus buat luka yang lo buka kembali malam ini.”
Setelahnya Radine berbalik melangkahkan kakinya keluar, bersamaan dengan air matanya yang jatuh. Nyeri itu kembali ke permukaan, perih yang sudah 3 tahun Radine coba kubur dalam-dalam.