Midnight beef

나는 너만의 chef, 입맛대로 골라 ma dish.

Jeon somi buru-buru mengemas kado kedalam paper bag begitu melihat notifikasi chat dari laki-laki Juni yang tengah menunggunya dimobil. Meski sebenarnya enggan mengakuinya tapi tentu saja ia tidak sabar bertemu sang tuan, letupan perasaan ingin bertemu itu sudah meledak-ledak sejak Haechan kembali dari tour Jepangnya. Sayangnya kesibukan mereka tidak bisa diajak berkompromi barang sedetikpun mengharuskan pertemuannya perlu ditunda sampai hari ini.

Si cantik berlari kecil menghampiri Mercedes Benz seri G65 milik Haechan, begitu pintu dibuka oleh si empunya ia melempar paper bag ke pangkuan Haechan lalu segera masuk kedalam mobil dan melepas atribut penyamarannya.

“Apa nih?”

“Kado?”

“Widih tumbenan sok sweet lu?” Haechan mencibir seperti biasa hal yang selalu pemuda itu lakukan untuk membuat Somi kesal.

“Bacot! Cepet buka!”

“Emang apa isinya?”

“Buka aja sik tinggal buka ribet amat lu!”

“Ahahahahaha gue buka nih ya?” Tangan Haechan mulai mengeluarkan kotak kado dari paper bag, lalu dengan tidak sabaran ia menyobek bungkusnya.

Keningnya mengernyit begitu menyadari itu adalah sebuah kotak merk alas kaki ternama tapi batinnya menebak-nebak apakah kotak dan isinya selaras. Begitu mengeluarkan barang tersebut gelak tawa memenuhi mobil mereka yang masih betah berada di kawasan tempat tinggal Somi.

“AHAHAHAHAHAHHAHA YAAANG! BUSET BENERAN DIBELIIN CROCS PINK GUE?” Somi tidak ikut tertawa justru berbalik menatap Haechan garang.

“Iyalah! Pake sekarang! Kaki lo biar gak kegatelan!” ucapan penuh penekanan itu bukannya membuat Haechan takut justru pria Juni itu semakin terbahak.

“Yadeh gue pake nih, seneng gak lo?” Haechan mengganti sepatu Converse kesayangannya dengan hadiah yang telah Somi berikan, hitung-hitung memuaskan amarah puannya.

*“Biasa aja,” jawab Somi cuek yang berhasil membuat Haechan menguyel pipinya gemas.

“Gue gigit juga nih lo lama-lama jangan gemes-gemes dong yang!”

*“Jingin gimis-gimis ding ying, cepet jalan katanya lo laper tadi. Udah reservasi belum?” Somi hanya memastikan Haechan tak melupakan pesanannya. *

Haechan menyalakan mobilnya lalu segera menancap gas menuju hotel yang telah ia pesan dari kemarin. “Udah yang astaga lo udah nanya 3 kali, gue reservasi dari masih di Jepang.”

Somi hanya mengangguk tidak ingin tahu tempat macam apa yang kekasihnya pesan untuk mereka, toh mungkin tidak akan jauh-jauh dari tempat menginap. Terlalu hafal bagaimana akhir dari ajakan makan yang selalu Haechan lakukan. Apalagi di hari ulang tahun pemuda itu hari ini jelas sudah makanan seperti apa yang Haechan inginkan, Somi terlampau hafal.

Begitu mobil yang dikemudikan Haechan berhenti di salah satu hotel langganan mereka Somi mentap kesal pada pemuda disampingnya, “Pesen makan apa lo?”

Haechan mengendikkan bahunya, “Dunno nona chef mau nyajiin apa, but i hope that's something spicy.” Perkataan yang diakhiri sebuah kerlingan nakal yang membuat Somi rasanya ingin meraup wajah tampan di depannya itu.

“Ucapan lo kayak logo Crocs, Buaya!”

“YANG AHAHAHAHA KAMU MAKIN LUCU AJA SETELAH AKU BALIK DARI JEPANG.”

Somi tidak membalas komentar Haechan, ia bergegas turun dari mobil meninggalkan Haechan bersama tasnya untuk dibawa pemuda itu.

“Buru-buru amat sih yang? Pelan-pelan aja jalannya,” Haechan menggengam sebelah tangan Somi untuk ia tuntun berjalan beriringan disampingnya.

“Katanya lo udah laper tadi? Ya ayo buruan.”

“Makan appetizer dulu lah dibawah, gue mau menikmati main course nya dengan perut kenyang.”

“Ntar lo kekenyangan gue suruh nyuapin dan lo cuma diem aja!”

“ahahahhaha i like your service babee,” Somi hanya mencibir didalam pelukan Haechan yang membawanya ke restoran hotel.

“Nanti aku nikmatin main coursenya sendiri deh, janji ga bikin kamu kecapekan. Gantian aku aja yang nyuapin kamu malam ini gimana?”

“Mau lo ato gue yang nyuapin tetep aja bikin sakit badan!”

“Yaudah pelan-pelan ntar nyuapinnya,”

“Awas boong! Lo kalo udah lama ga ketemu suka kelewatan, nyeri tau hyuck.”

Haechan mengelusi lengan Somi sebelum menarikkan sebuah kursi dimeja yang telah ia pesan, “Maaf ya kalo aku sering bablas. Gigit aja ntar kalo kebablasan.”

“MALAH MAKIN BABLAS!”

🔞

Selesai dengan jamuan makan malamnya Haechan merangkul Somi yang sedikit tipsy akibat tuangan alkohol yang terus ia tegukkan. Sengaja memang Haechan tidak ikut minum, ia ingin menikmati main course malam ini dengan sempurna. Somi akan menyajikan hal luar biasa ketika dalam keadaan setengah sadar begini, sementara ia akan menikmati hadiah ulangtahunnya dengan kesadaran penuh kali ini.

“aaaaaaa bungaaa, uwaaa!” Somi berlari kecil menuju ranjang ditengah ruangan lalu melompat keatas tumpukan kelopak bunga mawar, ia menggesekkan kedua tangannya ke atas dan ke bawah memainkan kelopak itu dengan begitu riang.

“Heh! Jangan di berantakin nih pesanan spesial gue buat honeymoon package!” Haechan menarik tangan Somi untuk berdiri dan menjauh dari ranjang, gadis itu membuat hampir setengah kelopak bunga berjatuhan ke lantai.

Somi menatap Haechan dengan kerlingan menggoda nya, “ow ow ow wow siapa tuh yang mau honeymoon hmmm?” sambil dengan cepat melingkarkan tangannya dileher Haechan, tentu tak lupa dengan lidahnya yang sengaja ia buat menjilat bibir samping untuk menggoda tuan di depannya.

Haechan terkekeh melihat tingkah pacarnya, Somi dalam keadaan setengah sadar begini memang agak liar, “Duduk dulu cil! Gue mau ambil Es cube.”

Haechan mendorong kepala Somi untuk duduk diatas sofa, lalu ia berjalan ke arah kulkas kecil di sebelah televisi untuk mengambil beberapa ice cube dan memasukkannya pada cangkir kecil di atas meja yang telah ia tuang wine. Sementara Somi sibuk dengan varian kondom yang ia keluarkan dari dalam sling bagnya.

“Lo ngapain sih yang?” Haechan berdiri tepat di depan Somi, si cantik justru mendongak dengan mengedipkan matanya lucu berulang kali. Membuat Haechan mengusak kepalanya dari atas.

“Lo ganteng banget dari bawah begini,” ucapan Somi mendapatkan cibiran dari Haechan.

“Random banget cewek gue, baru nyadar cowoknya ganteng dari posisi begini.”

Somi mengendikkan bahunya lalu terkikik geli sendiri begitu Haechan meraih dagunya untuk tetap mendongak menatap ke atas, “Lo juga bakal lebih cantik kalo gue liat dari bawah nanti.”

Somi dengan batas kesadarannya bersemu dengan godaan sensual itu, ia lalu menatap lurus ke depan, menyaksikan milik Haechan yang rupanya bereaksi. Tangannya tidak tau diri menepuk pelan kebanggaan sang pacar, membuat Haechan meringis namun tersenyum lebar.

“Peter cubangetttt aigooo gemesnya”

“ahahaahahahha yang! Apa deh luca lucu, dia lagi ngasih sinyal tau kalo kangen banget udahan sama Enik.” Somi memberikan tatapan dibuat-buat seolah tak percaya kemudian tangannya lebih nakal merangsek membuka sabuk milik Haechan dengan sekali tarikan.

“Coba sini liat dulu, sekangen apa Peter sama Ennik?” Tangan mulus itu mengelus dengan lembut tapi rasanya si empunya justru meminta sesuatu yang kasar dan panas.

“YANG... ADUH...JANGAN DIGITUIN! UDAH AH GUE GAMAU DI EMUT DULU!”

Haechan mendorong kepala Somi menjauh dari Peternya, membuat sang puan mengerucutkan bibirnya kecewa. “Hyuck! Mau peter ih!”

“Eits gada yang gratis, bayar dulu kalo gitu gimana?” Somi hanya membalas dengan anggukan menggemaskannya.

“Gue mau nona chef malam ini nyajiin main corse yang spesial hot and spicy, gimana?” Somi langsung mengangkat tangannya membentuk hormat mengangguk mantap dengan wajah imut yang justru ternyata lebih menggoda dimata Haechan.

“Sini lepas dulu baju lo,” Somi mengangkat tangannya ke atas begitu Haechan menarik bajunya. Perempuan itu reflek berdiri begitu mas pacarnya berdiri setengah tiang di depannya guna melepas celana setengah pahanya.

Haechan kini sedang sibuk menghirup aroma menu utama makan malamnya kali ini, sementara Somi tengah memejamkan mata menahan perasaan gemelitik di inti tubuhnya dengan meremas rambut Haechan yang mulai memanjang.

*Tubuh Somi meremang begitu Haechan dibawah sana memulai aksinya dengan menggesekkan hidung mancungnya pada permukaan ennik yang masih terbalut celana dalam tipis andalannya. Itu celana dalam yang Haechan hadiahkan 3 bulan lalu oleh Haechan, tidak tebal bahkan cenderung sangat tipis memperlihatkan kulitnya.”

“Can i?” tanya Haechan mendongakkan kepalanya

Somi tidak menjawab justru menarik Haechan untuk berdiri sebelum ia dorong terjatuh di atas sofa, kaki jenjangnya naik ke atas sofa menindih tubuh kekar di bawahnya. Bibir manis gadis itu sudah lebih dulu memporak porandakan mulut Haechan, memberi ciuman begitu menuntut. Dengan pola tidak sabaran Somi menarik-narik kaos Haechan untuk ia lepas. Tapi rupanya si empunya tidak membiarkan puannya menjadi pemimpin permainan kali ini.

Haechan bangkit dari tidurnya, melepas sendiri kaos yang ia kenakan lalu menggendong Somi bak koala ke arah ranjang. Tubuh ramping itu ia lempas begitu saja, membuat beberapa kelopak mawar berterbangan akibat ulahnya.

Dengan perlahan Haechan melepas satu persatu kain yang menutupi tubuh cantik bersih puannya, sengaja memperlambat tempo untuk mengisi malam yang ia rancang panjang ini. Begitu Somi tanpa sehelai benangpun ia duduk disampingnya sambil menatap dengan gelak tawa tubuh mulus itu. Tangannya dengan jail mengelus lembut seluruh permukaan tubuh Somi, terutama dibagian si kembar. Ia memberi Somi sensasi yang lebih menyiksa daripada sebuah permainan kasar.

“Hyuckkk mauuu Peter plisss” Somi merengek manja dengan polah berusaha meraih apa yang ia inginkan. Tapi Haechan justru meninggalkannya.

Laki-laki itu berjalan Shirtless ke arah meja mengambil gelas kecilnya untuk dibawa ke atas ranjang, menemaninya menikmati santapan utama. Haechan meneguk winenya, menyisakan ice cube yang perlahan telah mencair. Sisa ice nya ia ambil lalu sengaja ia taruh di tengah si kembar. Membiarkannya sedikit meleleh lagi dengan suhu tubuh Somi yang memanas. Beberapa detik kemudian Haechan menarik es itu untuk turun ke bawah sampai tepat di atas Enik.

“Hyuckkk shhh dingin...” Somi meringis merasakan kulitnya bersentuhan langsung dengan es yang mencair, ia berusaha bangkit dari tidurnya namun Haechan kembali mendorongnya untuk terlentang. Kini dengan kaki yang di tindih pemuda itu, tubuh Somi terkunci apalagi dibawah sana Enik berkedut menyambut elusan seduktif yang Haechan lakukan.

“Cantik banget Enik,” suara berat Haechan begini semakin membuat Somi kelimpungan. Rasanya ingin meminta Haechan segera melakukan tugasnya dengan baik melepaskan rindu milik Enik dan Peter sekarang juga.

Sementara satu jari Haechan sibuk merayu Enik, tangan lainnya bergerilya naik mengelus si kembar yang menegang. Dengan jahil ia menyentik kerasa ketegangan Somi, membuat perempuan di bawahnya itu memekik sakit. Somi mencoba merobohkan Haechan dari atas tubuhnya namun gagal, pemuda itu justru kini memegangi kedua tangannya diatas dan melanjutkan aksi menjahili si kembar, titik paling sensitif milik Somi yang akan selalu bereaksi dengan lumatannya.

Puas membasahi si kembar dengan mulutnya Haechan turun ke bawah, berniat lebih menyiksa Somi dengan merayu Enik memakai lidahnya. Haechan selalu luar biasa mempermainkan kewarasan Somi memang, oralannya selalu berhasil membuat Enik basah bukan kepayang tak sampai ratusan detik.

Merasa Enik telah siap Haechan menarik Somi untuk duduk diatasnya, ia ingin Peternya juga dimanjakan terlebih dahulu. Tapi sialnya Somi dengan setengah sadar begini justru bergerak abstrak tak karuan, mengguncang jiwa kelaki-lakianya untuk segera membanting Somi kembali ke atas ranjang.

Begitu Somi melancarkan godaannya dengan menggesekkan Enik dan Peter dibawah sana. Haechan meraih si kembar yang mengacung di atasnya. Jemarinya memilin keduanya dengan keras ketika dirasa Somi ingin mencari kenikmatan nya sendiri.

“SAKITTTTHH HYUCK SHHH!”

Haechan terkekeh sebelum membalik Somi untuk kembali dibawahnya, “sstt diem dulu nona chef, biarin pelanggan ini menikmati menu utamanya sendiri.”

Haechan menaikkan kedua kaki jenjang Somi ke atas bahunya, membuat Peter yang menegang sempurna bertemu dengan kabasahan luar biasa Enik. Dengan sekali hentak keduanya saling memeluk, Enik dengan lancar melahap Peter masuk kedalamnya. Gerakan Haechan memacu dengan tempo sedang, tak ingin segera mancapai garis finish. Apalagi melihat wajah Somi yang terpontang panting karena ulahnya.

“Babe i love your voice,” Haechan menarik tangan Somi ndsri gigtian perempuan itu sendiri yang tengah menahan desahan. Terbukti sekali desahan Somi muncul dibawah sana Peter menumbuk Enik lebih kerasa dari tempo sebelumnya. Tak perlu waktu lama Enik memuntahkan miliknya dengan keras, membuat peter tentu saja basah kuyup didalamnya.

“Curang keluar dulu!” Haechan memukul pantat Somi dari bawah, lalu membalikkan tubuh ramping didepannya itu untuk membelakangi nya. Haechan mengajak Somi berdiri dengan lututnya di atas ranjang penuh kelopak mawar yang berdecit akibat aktivitas keras mereka.

Dari belakang Haechan justru bekerja semakin keras, Peter selalu kurang ajar dalam mode memporak porandakan isi Enik. Posisi yang Haechan sukai karena miliknya bisa menumbuk spot dengan tepat. Tangannya ikut aktif meraih si kembar dari belakang meremasnya keras keras seirama dengan dorongan yang ia berikan. Somi kelimpungan, pengaruh alkoholnya membuat ia tak bisa banyak berpartisipasi mengejar kenikmatan mereka.

Somi sudah dua kali pelepasan tapi Haechan rupanya tangguh sekali belum mencapai klimaksnya. Haechan kembali membawa Somi terlentang, kali ini ia menumbuk lebih kasar tempo yang semakin kuat dan berantakan membuat peter di dalam Enik membesar pertanda ia akan meledak. Begitu dirasa sejangkal lagi sampai Somi buru-buru memeluk Haechan erat-erat, mengunci tubuh gagah diatasnya dengan melilitkan kaki di pinggang. Ledakan Haechan alhasil menyatu dengan miliknya didalam Enik.

Haechan ambruk diatas Somi, ia kini membenamkan wajahnya di ceruk leher yang penuh tanda merah miliknya. “Yang gue belum pake kondom loh tadi,” membuat Somi di sisa-sisa kesadarannya tersenyum.

*“It's okey, that's your special gift today.” Dengan mata terpejam Somi mengelus rambut Haechan dan mengecup pelipisnya.

Haechan hendak menarik diri dari atas Somi, tapi justru ia di tarik untuk terjatuh disebelah Somi dengan Peter yang masih menempel didalam Enik. “Bentar yang, lengket banget.”

Enik menggeleng, tidak setuju dengan Haechan yang ingin melepas penyatuan mereka. Dengan posisi miring Somi merapatkan tubuh keduanya, semakin menempel dengan sisa-sisa peluh yang membanjiri tubuh. Membuat Enik dan Peter semakin erat didalam sana.

“Nona chef mau pelanggannya lebih lama menikmati hidangan malam ini,” ucapan lemah Somi ditanggapi dengan kekehan sebelum lumatan kecil dibibir mungilnya.

Di dalam pelukan Somi, Haechan menyandarkan kepalanya diatas dada empuk favoritnya. Menikmati aroma tubuh Somi yang selalu candu baginya. Pelukan hangat yang akan selalu terngiang dalam ingatan Haechan kemanapun ia pergi tanpa Somi.

Dengan kesadaran yang tersisa Somi mengelusi rambut panjang Haechan yang tadi sempat ia jambaki ketika Peter bekerja keras, “Hyuck gimana hari kamu? Capek? Ada yang mau dikeluhin?”

“Capeeekkk Enik luar biasa banget bikin Peter bekerja ekstra.” Somi terkekeh dibuatnya.

“Kalo kamu mau ngeluhin dunia yang suka jahat ke kamu inget aku selalu jadi pendengar setia.” Haechan mengecup bibir Somi, lalu kembali menempelkan wajahnya di dada.

“Kamu selalu bikin semua orang bahagia, tapi kamu udah bahagia belum?”

“I have u babe, of course i'm happier than everyone.”

“Hihihihi, logo crocs.”

“Ah lu mah ganggu suasana nyet!” Haechan menyentik hidung Somi.

“Sini nempel lagi,” Somi menarik kepala Haechan untuk kembali bersandar di dadanya. “Hyuck aku gamau liat kamu selalu ketawa mulu, sekali-kali aku pingin liat kamu nangis luapin semua keluh kesah kamu. Kamu ga perlu bertanggung jawab sebegitu besar terhadap ketawanya semua orang tiap ada kamu. Kamu juga boleh capek, kamu boleh sekali-kali berhenti ngambil peran buat menghibur mereka. Kamu manusia biasa sayang, kamu juga perlu dihibur.”

Haechan menenggelamkan kepalanya di cetuk leher Somi, merasakan elusan dipunggungnya yang lembut. Somi ini memang yang paling mengerti dia dari segi apapun.

“Capek kan hyuck selalu berusaha bikin semua orang bahagia? Padahal kita sendiri juga lagi pingin ngeluh berat. I'm here, always here to hear everything...”

Haechan tanpa suara menangis dalam pelukan Somi, seoalah menyampaikan keluh kesah yang ia tahan berbulan-bulan. Haechan selalu berusaha terlihat baik-baik saja didepan semua orang. Ia adalah sumber bahagia semua orang, tapi dikala lelahnya hanya sedikit yang mau mengerti nya. Dan hanya Somi yang memberinya ruang untuk bersedih, murung, lelah dan ragam emosi lainnya tak hanya bahagia.

Meski tanpa bercerita Somi tau prianya telah menceritakan seberat apa hari-harinya dengan tangisan. Dirasa Haechan lega, somi menarik kepala sang tuan sedikit kebawah, “Kata Ibun dulu pas kamu kecil kalo nangis dikasih ASI langsung diem. Aku gatau kalo kamu gede dieminnya gimana, yaudah ayo nen aja tapi nen aku belum ada asinya ya.”

“Ahahahahhahahaha yang apasih? Ada aja ucapan ajaib lo tiap hari.”

“Mau nen gak? Kalo engga yaudah aku bobo, capek banget abis ngasih menu utamanya Peter.”

“Ya mauuuuu!”

🔞

Pagi hari Somi terbangun dengan tubuh polos dalam dekapan Haechan. Perutnya berbunyi lapar, ia menepuk-nepuk pelan lengan Haechan untuk bangun. “Hyuck lapeeerr!”

“Yang bentar ngantuk banget loh ini semalem Peter lembur masa sepagi ini Enik udah minta sarapan lagi aja.”

Somi memukul lengan Haechan, “ish! Yang laper Somi bukan Enik!”

“Oh laper beneran toh? Bilang dong.”

“Minggir gue mau bangun,” Somi melepaskan diri dari kukungan Haechan. Namun pemuda itu enggan melepasnya.

*“Morning kiss dulu mana?” Haechan memajukan bibirnya menyambut ciuman Somi.

“Udah nih yang morning kiss aja? Morning routine nya kurang sih kayaknya.”

“Diem deh lo! Gue kelaperan gara-gara lo semalem ngajak lembur.”

“Padahal kamu juga menikmati.”

“Ya emang!”

“ahahahahaha gemes banget pacar akuuu.”

“ish! Sana pesen sarapan dulu, gue mau makan diatas kasur aja remuk semua nih badan.”

“Yang sarapan di atas kasur tuh Enik sama Peter yaaang...”

“Yaudah padahal mau nawarin Peter sarapan di kamar mandi aja ntar abis gue makan disini.”

“EH EH! OKE DEAL PETER SARAPAN DI KAMAR MANDI HAECHAN OTW NGUENG PESEN SARAPAN DI ATAS RANJANG!”