Noktah ; kembali

“Kembalilah saat kamu sadar, aku adalah tempatmu untuk pulang bukan sekedar singgah.”

Namanya Sejuk semesta, panggilannya Sejuk. Sejuk adalah gadis anggun dengan sejuta pesonanya. Wajah nya ayu berseri, tubuhnya proposional, tuturnya lembut di dengar, senyuman nya murah di bagi dan tentunya semanis gula. Prestasinya ikut mendomplang kepopulerannya di kampus. Siapa yang tidak jatuh cinta pada gadis sesempurna dia? Ya meskipun tidak ada yang sempurna di dunia ini, tapi bagi rata-rata pemuda di lingkungannya Sejuk adalah girlfriend material mereka.

Selain bersinar di bidang akademik, Sejuk juga juara dalam bidang tarik suara. Meski tidak mengikuti ekstra musik, tapi semua orang juga tau bagaimana suara Sejuk . Pasal nya gadis itu kerap bersenandung saat berjalan.

Siapa yang tidak ingin menjadikan Sejuk kekasih? Bahkan mungkin banyak yang sudah mengantri-nya untuk di jadikan sebagai calon istri. Mulai dari ketua BEM, ketua ekstra, dosen muda, bahkan para juniornya pun banyak yang mencoba mendekatinya. Banyak pemuda tampan dan mapan yang berjajar siap untuk menjadi kekasihnya, tapi satupun dari mereka tidak ada yang mampu masuk dalam hati Sejuk semesta. Tolong di catat, jangankan masuk, menarik perhatiannya saja tidak ada. Seolah semua pemuda yang mendekatinya itu sungguh tidak ada yang menarik.

“Se, setelah matkul Pak Jhinon lo ada acara apa engga?” Sisilia teman akrabnya di kampus bertanya ketika mereka berada di kantin kampus menunggu jam mata kuliah selanjutnya.

“Engga ada, kenapa emang?”

“Temenin gue nonton Tyo futsal ya?” Sisilia menyatukan kedua tangannya di depan dada, di sertai tatapan memohonnya. Pasalnya Sejuk ini susah sekali di ajak nongki-nongki apalagi kalau bersama banyak lelaki.

“Gimana ya?”

“Ayo dong Se, please! Kali ini aja ya?”

“Iyadeh, kasian gue liat muka lo di melasin gitu.”

“Nah gitu dong. Itu baru sahabat gue.” Sejuk mencibir ketika Sisilia memuji dan memeluknya.

“Gak usah kelamaan meluknya Sil, nanti di kira kita jeruk makan jeruk.”

“Sembarangan!” Sisilia menggeplak lengan Sejuk .

“Gue udah ada Tyo masih aja di anggap begitu apa engga ngotak ya yang bilang.” Dumel Sisilia, sedangkan Sejuk hanya terkikik geli.

“Yakan siapa tau gitu ada yang ngira kita belok.”

“Lo tuh kali yang belok, di deketin cowok malah takut dan menghindar.”

“Gue normal ya!” Sejuk berdecak sebal.

“Mana ada cewek normal tapi di deketin semua cogan kabur Se? Lo doang!”

“Bukan kabur Sil, cuman menghindar aja supaya mereka engga berharap dan gue gak ngasih harapan.” Sejuk menatap Sisilia serius.

“Terus lo bakal jadi perawan tua gitu?”

“Jodoh kan urusan tuhan Sil.”

“Ya kalo lo nya juga ogah-ogahan tuhan males kali ngurusin nya.” Sisilia memang selalu membantah alasan apapun yang Sejuk berikan perihal kejomblo-an nya.

“Kalo gue nya engga tertarik emang harus di paksain?”

“Emang yang bikin lo tertarik yang kayak gimana? Udah banyak kriteria cowok yang lo tolak mentah-mentah.”

“Sil, jatuh cinta itu bukan hanya soal selera tapi juga kenyamanan. Yang milih itu hati bukan logika, kita engga pernah bisa merencanakan akan jatuh cinta pada siapa.” Sejuk menatap lurus ke depan. Seolah sedang menerawang kejadian-kejadian lalu.

Sisilia menarik nafas panjang sebelum kembali berucap.

“Se, mau sampai kapan lo nutup hati? Ayo dong belajar buka hati lo buat cinta lain memasukinya, jangan stuck di situ aja.”

“Tapi hati gue udah di kunci Sil, udah ada yang punya. Bukan nya lo udah tau itu?”

“Tapi yang punya udah ninggalin gitu aja kan? Dan gak jelas bakal kembali atau engga!” Sisilia sedikit menambah intonasi suaranya, ia kesal dengan sikap Sejuk .

“He will definitely come back, Sil.” Sisilia tertawa sumbang mendengarnya, sungguh andai Sisilia tau siapa pria brengsek yang telah meninggalkan Sejuk bertahun-tahun lama nya itu pasti akan Sisil tampar sekeras-kerasnya. Enak saja pergi begitu saja, berjanji kembali tapi sudah sekian lama tak lagi membagi kabar. Kalau Sisilia jadi Sejuk , sudah ia santet pria itu. Sekalian saja mampus di tempatnya sana, biar tidak usah kembali lagi.

****

Hari ini adalah hari dimana Sejuk menyelesaikan study S1 nya. Ia di wisuda dengan nilai cumlaude dan mendapat gelar mahasiswi teladan. Ia bahagia akan dirinya yang mampu membanggakan kedua orang tua nya yang jauh-jauh datang dari Belanda untuk menyaksikan wisudanya. Orang tua Sejuk memang tinggal di Belanda sejak ia masuk SMA. Meski sempat di paksa untuk ikut ke Belanda dulu, pada akhirnya Sejuk meluluhkan kedua orang tua nya untuk mengizinkannya tinggal bersama sang Oma di Indonesia saja.

Sebenarnya dulu ada seseorang yang ikut membujuk orang tua nya untuk mengizinkan Sejuk tetap berada di Indonesia. Dia juga yang berjanji akan menjaga Sejuk sebaik mungkin. Tapi pada akhirnya ternyata orang itu justru meninggalkan nya sendiri, mengingat nya membuat sesak dada Sejuk . Harusnya sekarang Pria itu berada di sampingnya, menjadi pendamping wisudanya. Memberikan seikat bunga, atau sekotak kado seperti kekasih teman-temannya yang kain.

Meski sebenarnya Sejuk sudah banyak mendapatkan bucket bunga dari para pengagum nya, tetap saja ia menginginkan bucket bunga dari pria itu.

“Se, ayok foto!” Sisilia meneriaki nya dari arah depan fakultas.

“Iya sebentar.” Sejuk berjalan menghampiri Sisilia dan teman-teman nya yang lain sudah siap berpose. Ia berjalan sedikit kesusahan, di karenakan setelan kebaya yang di pakainya.

Dengan kesal Sejuk menunduk kan kepalanya ke bawah, sambil menarik rok span jarik nya sedikit ke atas. Saat kepalanya terangkat, mata hazel nya bersibobrok dengan tatapan tajam seseorang di ujung lorong.

Di sana Subala Sanggrama berdiri sangat tampan dengan sebucket bunga kesukaan Sejuk . Pria itu yang telah meninggalkan nya bertahun-tahun kini hadir di sana. Menatapnya penuh kerinduan. Sejuk masih berdiam di tempat, otak nya memutar memori bagaimana saat dulu Bala, sapaan pria itu pamit meninggalkannya.

“Sweet heart, aku pergi ya. Aku janji bakal balik lagi demi kamu.” Bala mengelus lembut pipi Sejuk .

“Kalo kamu engga kembali giaman?” Sejuk bertanya sambil sesenggukan. Tangisnya audah pecah dari beberapa jam yang lalu.

“You're my home, aku pasti balik lagi.”

“Aku takut..kalau nanti di sana kamu dapat pengganti ku bagaimana?”

“Aku ke washington untuk menimba ilmu sayang, bukan mencari penggantimu.”

“Hati manusia siapa yang tau?”

“Kalo begitu, berarti kamu tidak percaya pada kekuatan cinta kita.”

“Bukan begitu.. Aku hanya takut.”

“Cukup percayalah bahwa aku mencintaimu dan aku akan kembali padamu.” Sejuk semakin mengeratkan pelukannya.

“Aku ikut ya?”

“No! Kamu masih kelas 11 sayang, kamu harus melanjutkan sekolahmu.”

“Kalo begitu nanti setelah lulus sekolah aku nyusulin kamu ya?”

“No! semesta-ku dengarkan sekali lagi, aku mencintaimu dan aku akan kembali padamu. Percaya itu! Cukup tunggu aku, dan doakan aku selalu baik-baik saja.”

“Berapa lama?”

“Tidak tau sayang, setidaknya sampai nanti aku merasa aku pantas bersanding dengan putri semata wayang konglomerat ini.”

“Hey, kebahagiaan tidak melulu soal harta.”

“Aku tau, tapi aku tetap harus bisa membuktikan pada keluargamu bahwa aku mampu mencukupi semua kebutuhan mu dan mampu membuat mu bahagia.” Sejuk mengangguk paham dalam dekapan Bala.

“Bye sayang, aku pergi ya.” Bala mengecup dahi Sejuk cukup lama, menyalurkan rasa sayangnya.

Lamunan Sejuk tentang kenangan 5 tahun lalu itu buyar saat sadar Bala sudah berada di depan nya hanya dengan jarak terbatas bucket bunga. Pria itu tersemyum sangat manis ke arah Sejuk , senyuman yang sama seperti dulu.

“Do you miss me?” bukan nya menjawab tanya Subala, Sejuk justru menumpahkan tangisnya. Menyadari hal itu, Bala pun memeluknya erat. Menyalurkan kerinduan mereka. Dalam isakannya Sejuk berucap, “kamu jahat, lama pergi nya.”

“Aku kan pergi untuk masa depan kita, yang penting sekarang aku kembali pada mu.”

“Tapi kamu buat aku ketakutan, aku takut kamu berpaling di sana.”

“Hey Semesta-ku, coba dengarkan degup jantung ku..” Bala mengarahkan tangan Sejuk untuk meraba dadanya.

“Ia hanya berdetak seperti itu hanya untukmu, degupnya masih sama bukan dengan yang dulu?” Sejuk hanya mampu menganggukkan kepalanya dalam dekapan Bala. Sungguh ia tidak tau harus berucap apa.

“Sudah berhentilah menangis di hari bahagia mu, apalagi yang membuat mu bersedih?” Bala menangkup wajah Sejuk dengan sebelah tangan nya. Sebelah nya lagi masih merengkuh pinggang Sejuk dan memegang bucket bunga.

“Miss you.” Sejuk berguman pelan.

“Aku lebih merindukan mu sayang.”

“Kamu engga akan ninggalin aku lagi kan?” Sejuk mendongak kan kepala nya untuk bertanya pada pria nya.

“Tergantung..”

“Tergantung apa?”

“Tergantung jika kamu menjawab iya maka aku akan tetap tinggal di sini bersama mu, jika kamu menjawab tidak maka aku akan pergi meninggalkan mu lagi.” Sejuk mengernyitkan dahi nya bingung dengan penuturan Bala.

“Jawaban untuk apa?”

“Sweetheart, Semesta-ku, will you marry me?” Sejuk membelalak kan matanya kaget.

Mulutnya terbuka, mendadak lidah nya kelu untuk berucap. Beberapa saat keadaan masih tetap hening, bahkan teman-teman Sejuk sekarang sudah melingkari mereka berdua. Ikut menanti jawaban Sejuk .

“Jadi jawaban nya apa?”

Sejuk tidak menjawab dengan kata, ia justru langsung menubruk tubuh tegap Bala dengan pelukan eratnya sambil menganggukkan kepala. Semua orang yang menyaksikan mereka bertepuk tangan dan berseru senang. Ah romantisnya, ternyata ini pria yang membuat primadona mereka menolak segala rayu pesona. Cukup serasi dengan Sejuk , bahkan beberapa dari mereka menyadari kemiripan wajah kedua nya.

Seolah tak peduli dengan keramaian di sekitarnya Sejuk tetap memeluk Bala begitu erat. Sangat erat, seperti ia takut jika melepaskannya Ali akan kembali meninggalkannya.

Kali ini sungguh Sejuk tidak akan membiarkan Bala pergi lagi dari hidupnya meski dengan alasan apapun.