Obrolan senja

Perihal restu teman yang terkadang sama susahnya dengan restu orang tua.

Kirana berjalan sibuk dengan gawai dalam genggamannya sampai tak sadar Lia berdiri tepat di depannya. Alhasil ia menubruk perempuan itu, “aish ngapain sih berdiri disini?”

“ Yu di panggil dari tadi engga denger heh!”

“Kurang keras manggilnya brati”

“Bahh ai bawain toa aja besok!” Lia being Lia dengan segala keketusannya.

“Ahahahaha apasih sensi mulu.”

“Jadi nugas dimana ini?” Tanya Lia.

“Katanya udah di tungguin di Gazebo belakang, Sasa mana?”

“Ai suruh beli cemilan dulu sama Gita.”

“Telpon gih, nitip susu beruang.”

“Dih telpon sendiri aja, yu punya pulsa kan?” Kirana merotasikan bola matanya jengah, untung sudah hafal dengan bagaimana cara Lia berbicara yang memang sedikit mengguncang kesabaran.

“Kirana!” Itu teriakan Azalae yang duduk di gazebo bersama beberapa teman mereka yang lain tengah membuka laptop masing-masing.

Kirana melambaikan tangannya, bersamaan dari arah samping mereka Raline datang dengan Ratu.

“Tebak! Tebak! Tadi kita ketemu siapa di parkiran?” Raline bahkan belum mengambil duduk tapi ia sudah antusias hendak bercerita.

Azalea menatap penuh minat dan menimpali dengan semangatnya, “Siapa? Siapa? Mas crush kah?”

“Ketemu mas Ajil kah?” Kirana menebak tepat sasara. “Yaps betul sekali dik Kiran.”

“Soalnya tadi aku juga ketemu mas Ajil, malah sama Putra.”

“Omo! Omo! Sama putra? Wah bukan rejeki Ratu yang ketemu Putra berarti.” celoteh Raline sambil menepuk-nepuk pelan pundak Ratu.

“Yaudah bukan jodohnya emang berarti,” ucapan lemah Ratu justru mendapat sorakan.

“oh jadi sebelumnya udah berharap jodoh nih?”

“Yu semua ngomongin siapa sih?” Lia yang sedari tadi tak mengerti dengan topik obrolan mereka bertanya.

“Cogan fakultas sebelah.” Jawab Kirana sekenanya.

“Duh cogan cogan, semua cowok sama aja gak sih?”

Kirana menimpali Lia sambil mengupas kuwaci yang Azalea bawa, “Justru karena semua cowok itu sama setidaknya kalau tampan masih sedap di pandang mata!”

“Nah! Ya sekedar buat cuci mata gitu kan bisa!” Ratu menambah pernyataan Kirana dengan antusias.

“Waktu itu kamu sendiri kan yang bilang justru yang gak seberapa nyakitin nya kadang gak kira-kira.” Ujar Raline yang langsung mendapatkan respon tawa dari Lia.

“Ahahahahahha duh sial bener lagi.”

“Btw Kirana nih...”

“Apa Prameswari cantikku?”

“Hilih,” Raline dan Lia kompak mengejek mendengar Kirana menjawab ucapan Azalea dengan sok manis begitu.

“Nih ada satu rekomendasi yang kayaknya sesuai request Baba.”

Kirana tentu antusias melihat ponsel Azalea yang tengah menampilkan foto seseorang, “Mana-mana?”

Tak hanya Kirana namun beberapa dari mereka juga turut mengoper ponsel Azalea untuk dilihat, “Gimana gengs?” tanya Azalea meminta pendapat teman-temannya.

“Cakep tapi bukan tipe saya,” ujar Ratu.

“Tipe kamu yang ghosting soalnya.”

“Ahahahahahahahha”

“Gak ada yang lain kah? I think kurang cocok sama Kirana, gak keliatan klik.” Penilaian Raline membuat mereka sama-sama menganalisa.

“Gak minat ah, yang lain coba Prameswari.” Kirana akhirnya berujar sambil mengembalikan ponsel Azalea.

“Haduh repot sekali anak ini, katanya yang sesuai request baba, ini udah ada?”

“Ya tapi aku gak minat? Gimana dong?”

“Brati kriterianya harus nambah, sesuai request Baba yang Kirana minat.” celetuk Ratu.

“Nah begitu!”

“Alemong!”

“Emang manusia satu ini ribet Azalea, udah jangan dicariin.” Ujar Raline yang rupanya sudah malas menanggapi permintaan Kirana yang satu itu.

“Nyari oposeh yu pada?” Lia rupanya ikut penasaran, “Sini sini ai aja yang cariin.”

“Nah itu, coba deh ke Lia.”

“Ih dia kemarin malah nyodorin antah berantah entah dari mana, manalah aku mau.”

“Lah yu dikasih liat bilang engga minat mulu, terus minat yang mana?”

“Ituloh yang lagi jalan dari kantin, itu temenmu kan?” Lia mengikuti arah pandang Ratu yang tengah menatap seorang pemuda dengan kemeja hitamnya berjalan sambil menyapa mahasiswi yang berlalu lalang di depannya.

“Hadeh jangan dia, yang lain aja skip.”

“Tapi kalo itu cakep aku minat kok,” ucapan Kirana juga mendapat persetujuan dari Azalea.

“Ai yang ga setuju yu sama dia.”

“Kalo sama aku?” Ratu dan Azalea kompak bertanya.

“No, no, no, yang lain aja jangan itu.”

Raline tentu menggodanya, “Oh soalnya dia mantan gebetanmu?”

“Sembarangan kalo ngomong! Amit amit ih! Wes pokoknya jangan ya cantik-cantik ku, cakep sih emang tapi i will say no kalo minta restu sama dia.”

“Ya emangnya dia kenapa?” tanya Azalea penasaran.

“ya kalo ai bilang enggak dan jangan berarti kan ai tau sesuatu yang kurang pantas yanh kalian gak tau.”

“Kalo gitu yang pantas dan bakal kanjeng Lia restui buat aku yang mana?” ujar Kirana yang kini sudah membuka bungkus kuwaci keduanya.

“Ya yang kemarin aku tunjukin,”

“Tapi aku gak minat yang itu Lia! Yang lain dong.”

“Haduh gak tau lagi ai, gak punya stok yang sesuai request ur baba.”

“Emang babanya ini anak permintaan nya rada susah.” Ujar Raline, rupanya ia juga ikut frustasi dengan titipan Baba Kirana.

“Tapi ya Kirana, percuma toh yang kamu minati tapi kalau dia nya tidak minat?”

“Aduh Prameswari! Bisa gak nge-ultinya nanti aja?”

“Ahahahahahhaha”

“Mending minta Baba sendiri coba yang nyari?” ini adalah usulan Ratu yang kesekian kali, selalu sama.

“No, thanks. Skip. Aku mau nyari sendiri dulu.”

“Eh tapi kepikiran gak sih, kalo restu temen itu gak kalah susah dari restu orang tua?” Topik obrolan dari Raline rupanya begitu menarik.

Kirana berseru lantang, “Setuju! Itu tadi Lia gak ngasih restu.”

“Udahlah yu jangan ngeyel.”

“Ahahahahaha, biasanya kalo yang di ngeyelin terang-terangan gitu gak beneran disuka sih Lia.” Azalea mengerlingkan matanya.

“Sssttt Prameswari diam aja!”

“Tapi yang kata Raline tadi bener loh, seleksi temen juga sesusah seleksi orang tua.”

“Gimana ya Ratu, pilihan kamu dua-duanya ada raport merahnya.” Ujar Kirana.

“TUHKAN! Yu juga gak suka kan kalo ada raport merahnya?”

“Yakan temen pasti mau yang terbaik toh, dilihat-lihat dulu kalo green flag boleh lah di coba.”

Kirana menyahuti ucapan Raline, “Terakhir kamu bilang greenflag justru punya red flag loh.”

“Ahahahahahah, sorry my preen. Kan mana aku tau kalo greenflag hanya kamuflase.”

“Itu aku juga ketipu.” Timpal Azalea singkat, “Sorry atas penilaian raport yang tidak menyeluruh ya Kiran hahaha.”

“Ini ngomongin siapa lagi sih?” Lia bertanya penasaran, lagi-lagi ia tidak tau objek pembicaraan teman-temannya.

“RAHASIA.” Keempatnya kompak menjawab Lia yang justru mendapatkan umpatan dari gadis itu, “Oh sialan emang!”

“Etapi sebenernya meskipun ada red flag, masih bisa dimasukin keranjang Baba kan?” ucapan Ratu tak lagi di gubris, begitu Sasa dan Gita datang membawa sekresek penuh cemilan.

“Buset ini kalian niat nugas apa piknik sih sebenernya?”