—Pesta ulang tahun, terimakasih sudah lahir.

Raline tersenyum begitu lebar ketika si empunya acara ternyata menanti kehadirannya di depan rumah, lalu ketika melihatnya datang langsung berhambur memeluknya.

” Atee kirain ga dateng...”

” Dateng dong sayang, masa di ulang tahun anak ganteng tante ga dateng.”

” Mana kado beruang Asa?” Raline tertawa mendengarnya, bocah yang tengah memeluk kakinya ini selalu menagih boneka beruang setiap tahun.

” Nih boneka beruang buat Mahesa tahun ini, sama buket bunga mataharinya juga.”

Bocah itu kegirangan mendapatkan kado yang sudah ia tunggu sedari tadi lalu ia dengan bangga memamerkan pemberian Raline pada semua orang. Ia berlari menuju sang mama yang tengah tersenyum menatapnya dari jauh.

” Mamaaaa Asaa dapet beruang lagi dari ate Alin. Yeayyy!”

Raline ikut tersenyum, bahagianya sederhana. Cukup melihat Mahesa Sadajiwa bahagia.

Matanya menangkap perempuan yang baru saja Mahesa panggil 'mama' itu berjalan kearahnya. Sekali lagi Raline tersenyum menyapa

Dulu Ralin membencinya, bahkan memprotes tuhan kenapa perempuan itu di hadirkan ke dunia? Apalagi sampai hidup di sekitarnya.

Tapi sekarang Raline justru ingin setiap hari mengucapkan terimakasih padanya, terimakasih karena telah melahirkan obat rindu paling mujarabnya.

” Alin terimakasih kadonya, Mahesa dari tadi nungguin kamu, takut tante kesayangannya gak dateng.” Ibu Mahesa menggengam tangan Raline. Perempuan itu baik, bahkan sangat baik sebenarnya. Hanya saja takdir membuatnya menjadi sedikit jahat di kehidupan Raline.

” Sama-sama kak, tadi ada sedikit kendala di jalan, maaf ya kak.”

” Gapapa, yang penting kamu hadir di hari paling sepesial nya. Dia bakal sedih banget kalo sampai kamu ga dateng.” Perempuan itu tersenyum, senyum yang begitu cantik, menurun pada Mahesa.

Lalu keduanya berbincang-bincang, tentang banyak hal. Mereka dulu tak sedekat ini, lalu menjadi dekat, sedekat saudara kandung sejak kehadiran Mahesa. Malaikat kecil bagi Raline.

Obrolan mereka terhenti ketika Mahesa datang menghampiri bersama seorang laki-laki yang menggendongnya.

” Ate Alin, kenalin ini om Gana, kata mama dia bakal jadi papanya Asa..”

Raline terdiam mendengarnya, papa? Mahesa akan punya papa? Ayesha akan menikah lagi?

” Alin, aku minta izin sama kamu untuk menikah dengan Margana. Dia laki-laki yang baik, aku akan jamin dia akan melaksanakan tugas sebagai ayahnya Mahesa, menggantikan peran Harsa yang selama ini tidak Mahesa dapatkan.” Ayesha menundukkan kepalanya di depan Raline.

” Kenapa harus meminta izin padaku kak?”

” Kita berdua bertahan hidup untuk Mahesa, jadi ku rasa setiap keputusan yang menyangkut Mahesa kau juga harus ikut andil di dalamnya. “

Raline terdiam, menatap Ayesha yang masih menggenggam tangannya, menatap laki-laki bernama Margana itu, menatap Mahesa yang begitu nyaman dalam pelukan laki-laki itu.

Harsa, aku harus bagaimana? Membiarkan putramu memanggil laki-laki lain dengan sebutan papa?

Tanpa sadar air mata Raline terjatuh, ia segera menyekanya lalu menatap Margana tepat di matanya.

” Berjanjilah padaku untuk membahagiakan Mahesa, berjanjilah padaku jika kelak kalian memiliki buah hati jangan bedakan kasih sayangnya dengan Mahesa. Menikahlah, bahagikan keluarga kecil kalian.” Lagi Raline mengusap air matanya yang jatuh, bahkan kini menetes ke tangan Ayesha.

Melihat itu Mahesa mencondongkan tubuhnya pada Raline, ikut menghapus jejak air mata di pipi gadis itu.

” Ate jangan sedih, mulai sekarang yang bakal jagain Asa bukan cuma Mama sama Ate aja, sekarang ada papa juga.”

Harsa putramu bahagia mendapatkan figur yang engkau tinggalkan. Kali ini Raline tergugu, tak lagi mampu menahan deras air matanya.