Rahasia.
Biarlah orang ingin tau, cinta kita bukan untuk di umbar-umbar...
*Sesuai dengan janjinya pada Somi siang tadi, Haechan berkunjung ke rumah gadis itu. Beruntung latihan hari ini tidak begitu lama, karena ia dan membernya yang lain sudah menghafal semua koreo-nya. Tiap kali datang berkunjung ke rumah gadis itu Haechan selalu membawa berbagai macam
makanan. Untuk Evelyn, Tuan dan Nyonya Matthew.*
Tapi kali ini ia hanya membawa satu kantong belanjaan, Somi bilang tadi ia hanya sendirian di rumah. orang tua dan adiknya sedang berkunjung ke rumah sang nenek di Busan.
“Papi sama mami pulang kapan yaangg?” #### Tanya Haechan setelah Somi membereskan bekas makan malam mereka. Keduanya kini duduk di ruang tengah sambil menonton drama di televisi, ah atau drama yang sedang menonton mereka berpelukan mesra lebih tepatnya.
“Lusa kayaknya, kenapa?” #### Jawab Somi yang begitu nyaman bersandar di pelukan Haechan, tangannya juga sibuk menyuapi es krim ke mulutnya sendiri dan mulut Haechan.
Padahal di luar salju mulai turun, suhu ruangan pun sedikit lebih dingin tapi keduanya tetap asik menikmati es krim. Mungkin efek berpelukan ya jadi dingin dunia luar tidak terasa.
“Aku nginep ya kalo gitu?” #### Sebenarnya tanpa bertanya pun Haechan juga akan menginap, Somi tidak akan ia biarkan sendirian di rumah.
” Hooh, besok kamu ada latian pagi gak?”
“Agak siang sih soalnya nunggu unit lain syuting mv.”
Somi hanya mengangguk paham, ia kembali fokus pada makanannya yang lain. Haechan juga ikut membuka minuman kaleng beralkhohol yang tadi sengaja ia beli. Pengusir lelah.
” Dingin gak yaangg?” #### tanya Haechan, tangan kirinya mengelus lengan Somi yang hanya mengenakan kaos oblong miliknya. Sekedar informasi, Somi benar-benar hanya menggunakan kaos milik Haechan. Hanya satu helai.
“Hooh...”
” Sini deketan,” #### Haechan mengangkat tubuh Somi untuk lebih merapat ke tubuhnya, ia juga semakin mengeratkan dekapannya.
Somi kini fokus menonton drama di depannya mengabaikan Haechan yang sedari tadi begitu intens menatapnya. Tangannya kini mulai nakal mengelus pelan paha Somi, niatnya mencari perhatian sang pacar.
” Yaaaaangg diem dong!” #### Rengekan Somi justru membuat Haechan terkekeh dan semakin menggodanya.
” aku ngapain emang?”
” Tangan kamu diem! aku mau nonton,”
” aku gak ngapa-ngapain padahal...”
” ish kamu mancing-mancing!”
” mancing gini?” #### Haechan sekarang justru semakin intens mengelus paha dalam Somi, bahkan tangannya mulai lebih naik dari sebelumnya.
” Yaaaaaangg!” #### Somi menatap Haechan memohon, tapi pemuda itu justru balik menatapnya tanpa dosa dan menyunggingkan senyumnya.
” Kenapa sayang?”
Somi tidak menjawab, dan berusaha mengabaikan Haechan dengan kembali fokus pada televisi di depannya. Tapi rupanya Haechan punya cara lain untuk mengambil atensinya. Pemuda itu mengangkat tubuh rampingnya ke atas pangkuan. Haechan juga membalikkan tubuh Somi menghadap dirinya.
Karena kesal, Somi langsung meraup bibir di depannya dengan kasar. Ia bahkan sengaja menggigit bibir Haechan, tapi bukannya kesakitan Haechan justru tersenyum di sela ciuman mereka yang mulai memanas. Ia suka Somi lebih agresif begini.
Somi melepas pagutan mereka setelah beberapa menit, ia meraup oksigen dan menetralkan deru napasnya. Sedang Haechan melancarkan aksinya bergerilya dari dagu Somi sampai ke atas dadanya.
” Sstttt...yaangg jangan kasih tanda, besok aku kerja.” Desis Somi saat merasa Haechan mulai memberinya gigitan kecil.
Haechan mendongakkan kepalanya saat sadar ia tidak bisa melakukan pekerjaan favoritnya malam ini, menatap Somi dengan ekspresi begitu melas.
Somi mengerti itu, ia lalu mengecupi seluruh permukaan wajah pacarnya. Memberi gigitan kecil di telinga pemuda itu saat tangan besar Haechan mulai meraba punggungnya di dalam kaos.
” Pindah ke kamar yuk yaangg jangan disini...” #### Somi berbisik pelan, sambil meremat lembut rambut belakang Haechan. Kepala Haechan sekarang sedang nyaman menelusup di dadanya, sekali lagi mengabsen bagian itu dengan lidahnya.
Haechan tidak menjawab, tapi langsung menggendong Somi menuju kamar gadis itu. Ia bahkan tidak melepas cecapan-nya, membuka pintu kamar Somi dengan tendangan kasar. Begitu tidak sabar untuk menikmati hidangannya malam ini.
Mereka sama-sama sedang membara, begitu fokus saling memberikan kenikmatan masing-masing sampai lupa tidak mematikan televisi dan membiarkan pintu kamar terbuka.
Keduanya berlomba mencapai kenikmatan lebih dulu, Somi menggigit bahu Haechan ketika di rasa mereka akan sama-sama meledak.
Ketika puncak itu datang, Haechan menyesap bibir perempuan di bawahnya, lalu memberikan sebuah kecupan di dahinya sebelum melepas penyatuan mereka.
Haechan lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh polos keduanya, ia memeluk Somi dari belakang yang kini matanya sudah mulai terpejam.
” Love you...”