Raline melangkahkan kakinya memasuki kantor Harsa, ia perlu mengeskpresikan akibat dari ulah Harsa tadi pagi. setelah Raline kurang lebih sedikit menjadi gila akrena membaca surat Harsa, laki-laki itu justru tidak menjawab pesannya, tidak mengangkat panggilannya dan sekarang mengabaikannya. Lihat saja Raline akan memberi Harsa pelajaran karena melarikan diri dari tangung jawab atas hilangnya kewarasannya tadi pagi.

Dan sebuah kesialan datang pada Andy rupanya, ia tidak sengaja bertemu Raline didepan kantor dan siap-siap saja perjalanan mereka ke lantai teratas dimana ruangan Harsa berada akan di penuhi omelan Raline, Andy here we go again!

Tapi sesuatu terjadi tanpa di duga ketika mereka menunggu lift, bisikan di belakang mereka begitu mengganggu pendengaran Andy, tidak yakin jika setelah ini orang-orang itu akan dalam keadaan baik-baik saja atau setidaknya akan ada lemparan heels dari bu bos di sampingnya yang kini sudah berbalik menatap beberapa pegawai wanita itu.

” Kok gak tau malu ya, ngaku-ngaku pacar dateng tiap hari, padahal jelas sekali jauh dari idaman wanita Pak Harsa sebelumnya.”

Andy telah siap menelpon Harsa, selaku nomor darurat jika Raline berulah tapi ia menurunkan kembali ponselnya ketika melihat Raline justru tersenyum menghampiri mereka, lalu menyapa ramah.

” Halo selamat pagi, wah cuaca hari ini indah sekali ya cocok banget sama pakaian kamu yang soft itu. Btw beli sepatu dimana? saya suka warnanya.” Semua orang yang berada disana rupanya tidak menyangka dengan respon yang Raline berikan, bukankah harusnya ada cacian atau jambakan?

pegawai yang baru saja Raline ajak mengobrol tidak menjawab dan justru pamit pergi dengan sopan melihat intruksi Andy untuk meninggalkan mereka.

” oh gue gak di gubris,” gumam Raline pelan.

Ketika berada di dalam lift berdua dengan Andy, Raline baru mengeluarkan tanduknya ia jengkel sekali, bagaimana bisa ada pegawai murahan seperti itu kantor ini?

” LO TAU GUE PINGIN NGACAK-NGACAK INI KANTOR RASANYA!” Raline berteriak melepaskan amarahnya, semangat Andy!

” Saya pikir tadi malah bakal ada setidaknya satu kepala benjol.” cicit Andy pelan.

Raline menarik napasa dalam, menghembuskannya pelan dan mengatur kembali emosinya.

” No! Harsa bilang sebagai bu bos mereka gue harus tetap di pandang baik, alasan kenapa gak gue jontorin bibirnya tadi.”

Andy mengangguk paham, sepertinya memang singa betina yang mengamuk pawangnya memang singa jantan.

Tapi sepertinya dugaan Andy salah, karena begitu pintu ruangan Harsa terbuka Raline langsung melemparkan tasnya ke sembarang arah dan berteriak kesal. warning danger satu untuk Pak Harsa nanti jika sudah masuk ke ruangannya.

satu jam kemudian setelah Harsa menyelesaikan rapat dengan para direksi ia sudah mendapati Raline yang menekuk muka cemberut dan menahan kesal. Harsa menghampiri Raline dan duduk di sampuingnya,

” Kenapa?”

” kesel banget pegawai lo ada yang ngataingue.”

” terus kamu apakan dia?'

” gak gue apa-apain, kata lo gue harus baik ke semua pegawai lo.”

Harsa tersenyum mendengarnya, Raline mendengar ucapannya dengan baik. laki-laki itu lalu menaikkan satu kakinya ke atas sofa, setengah bersila dan kini menghadap Raline. Tangannya terulur untuk mengelus rambut Raline.

” Gadis baik.” Harsa lalu memajukan tubuhnya dan membuka tangan hendak meraih tubuh Raline, tapi gadsi itu buru-buru mendorongnya.

” LO MAU NGAPAIN HEH!?”

Harsa langsung menarik tubuh Raline kedalam pelukannya, dan mengunci tubuh ramping itu.

” Hadiah karena kamu udah gak marah-marah tadi.” Raline tentu menikmati pelukan itu, yang ia dapat tanpa segala macam ilmu permodusan kali ini.

Setelah Harsa melepaskan pelukannya, Raline kembali mengeluh.

” Tapi gue masih kesel, rasanya pingin jambak orang!”

Harsa lalu menundukkan kepalanya kedepan Raline, “ Yaudah nih jambak rambut saya aja biar kamu gak kesel lagi.”

tangan Raline memang terulur ke atsa kepala Harsa, tapi bukannya menjambak ia justru menyisir halus rambut lebat itu dengan jari-jarinya.

” Enggak ah kalo inimah harus di sayang-sayang.”