—Salah, tapi hadirnya bukan kesalahan.

Setelah hari itu beberapa kali Madaharsa menghubunginya, namun ia tolak. Raline hanya tidak mau lagi berhubungan dengan laki-laki itu, apalagi suami orang.

Cukup ia pernah di cap sebagai pelacur hanya karena hamil tanpa suami, jangan sampai kali ini ia di cap sebagai perebut suami orang.

Tapi rupanya Madaharsa terus gigih menghubunginya, memohon minta sedikit waktu untuk berdiskusi tentang mereka, atau lebih tepatnya tentang Mahesa?

Akhirnya Raline menyerah,

” Saya tidak akan mengambil hak asuh Mahesa, tenang saja.” Harsa memulai percakapan dengan cukup tenang, tapi Raline rupanya tetap tersulut emosi,

” Ya emang lo siapa mau ngambil hak asuk dia?!”

” Kalo kamu lupa, saya masih tetap ayah biologisnya. Dan itu tidak akan pernah berubah.” Raline berdecak sebal mendengarnya.

” Saya janji gak akan ganggu kehidupan kamu dan Mahesa lagi, tapi tolong biarkan dia tau kalau ayahnya masih hidup dan ada di dunia ini.” Kali Harsa memohon pada Raline, benar-benar permohonan tulus seorang ayah.

” Mahesa gak punya ayah, dari awal dia gak akan punya ayah. Lo tau itu, dan lo gak bisa merubah itu. Lo aja yang tolol mau dia ada!”

” Raline saya mohon...”

” Lo udah punya anak, lo udah jadi papa buat seseorang, ngapain lagi mohon-mohon buat di panggil papa sama anak gue? Anak gue gak butuh papa lagi.”

Madaharsa akhirnya menyerah, harusnya dia tau mematahkan prinsip Raline itu percuma.

” Oke, kalau begitu biarkan saya menjalankan kewajiban saya sebagai ayahnya kalau begitu.”

” Kewajiban apa? Hah? Kenapa gak dari dulu kalo mau lakuin itu? Padahal lo tau dari awal kalo dia akan hidup, lo yang sengaja membuat dia ada.” Raline tetap tak tergoyahkan meski rasanya begitu menyiksa melihat manik kesakitan milik Harsa.

” Raline kamu mau apa sebenarnya?”

” Jangan pernah muncul lagi di hadapan gue, di sengaja ataupun enggak! Lo gak boleh bilang ke Mahesa kalo ayahnya ada disini, sebagai gantinya lo boleh ngeliat Mahesa dari jauh, cukup dari jauh. Dan jangan campuri kehidupan kami lagi.”

“Permisi..” setelahnya Raline meninggalkan Harsa seorang diri.

Terlambat Harsa, terlambat Raline terlalu membencimu.

Dengan lirih ia bertanya pada dirinya sendiri,

“Alin, kamu pernah gak sedetik aja mencintaiku?”