—Salah, tapi hadirnya bukan kesalahan.

Raline hari ini meminta izin pulang lebih awal kepada atasannya, ia harus menjemput Mahesa. Anaknya itu ngeyel ingin masuk sekolah padahal baru kemarin pulang dari rumah sakit. Di bujuk pun percuma, ia agak keras kepala.

Lala tadi mengabari jika Yuan di jemput omnya jadi sepertinya tidak ada yang menemani Esa menunggu sampai ia datang ke sekolah. Maka dari itu ia begitu terburu-buru, bahkan nekat pergi menggunakan taksi meski dengan biaya yang lebih mahal. Kendaraan umum yang biasa ia naiki ke sekolah putranya tidak kunjung datang.

Benar saja sesampainya di gerbang sekolah, Esa sudah menunggunya. Sedikit berkeringat karena kepanasan, pasti anaknya itu enggan di suruh bu guru menunggu di kelas.

” Esa, maaf ya mama lama”

” Iya gapapa kok ma, tempat kerja mama kan jauh.” Raline tersenyum mendengarnya, Mahesa selalu mengerti keadaannya. Rasanya anak itu di paksa dewasa oleh keadaan.

” Yaudah yuk pulang, mama udah ijin pulang cepet loh.”

” Bentar ya ma, nunggu papanya Nesa jemput dia dulu. Kasian nanti dia sendirian.” Mahesa menunjuk seorang anak perempuan yang duduk di halte bus depan sekolahnya.

” Yaudah, ayo kita temenin dia disana.”

Raline menggandeng tangan putranya lalu menghampiri si gadis kecil yang terlihat murung itu.

” Nesa kenapa?” Tanyanya lembut sambil berjongkok di depan gadis itu.

” Eh?” Rupanya si kecil kaget dengan kehadiran orang dewasa yang tiba-tiba bertanya itu. Ekspresinya berubah menjadi takut.

” Eh jangan takut Nesa, ini mamanya Esa tau bukan orang jahat.” Mendengar penjelasan Mahesa akhirnya Nesa tersenyum ramah pada Raline.

” Nesa belum pulang?” Sekali lagi Raline mencoba berbasa-basi.

” Nunggu papa.”

” Yaudah tante sama Esa temenin ya sampek papa kamu dateng.” Gadis itu hanya mengangguk, ia memang tak banyak bicara. Cenderung pemalu dan penakut, sangat berbeda dengan Mahesa.

Tak lama sebuah mobil mewah hitam mengkilat berhenti di hadapan mereka, lalu pintu kemudinya terbuka menampilkan seseorang berjas hitam lengkap dengan kacamata hitamnya. Terlihat begitu mewah.

” PAPA!” Teriakan Nesa membuat Raline yang tadinya fokus menscroll media sosial akhirnya teralih menatap laki-laki yang kini menyambut pelukan Nesa.

Demi tuhan Raline seketika kehilangan kesadarannya sejenak. Lalu ketika laki-laki itu melepas kacamata hitamnya, Raline buru-buru meraih tangan putranya dan langsung menyeretnya pergi.

Padahal tadi Mahesa sedang terpukau menatap Papanya Nesa yang dimatanya terlihat begitu keren.

Hmm sepertinya keren punya papa seperti itu.