—Salah, tapi hadirnya bukan kesalahan.
Mahesa Sadajiwa memberengut kesal ketika sang ibu membangunkannya lebih pagi hari ini, bahkan masih setengah enam pagi tapi kini ia sudah rapi dengan seragam sekolah dan baru saja menyelesaikan sarapannya.
” Ma, ngantuk..hoaaahm” Esa menguap begitu lebar ketika sang ibu memasangkan tali sepatunya.
Ya tuhan kenapa Esa begitu mirip papanya sih.
” Semalam kan mama bilang supaya cepet tidur, tapi kamu malah ngecipris sana sini.”
” Ma no ngomel masih pagi!” Esa menggeleng-gelengkan kepalanya dan telunjuknya di depan Raline.
” Iyaa iyaaa, ayo Mama anter ke rumah Yuan, gapapa ya hari ini kamu berangkat sama tante Lala? mama harus ada di tempat kerja sebelum jam 6 pagi hari ini.” Esa menganggukan kepalanya mengerti, semalam mamanya memang sudah memberitahu jika pagi ini harus pergi bekerja sepagi mungkin.
Semangat mama!
Mengenai Lala, Raline mengenalnya sebagai sesama walimurid. Lalu mereka menjadi cukup akrab ketika Yuan–putra Lala, hanya mau berteman dengan Esa di sekolah. Anak itu memang sedikit pemalu, berbeda dengan Esa yang terkadang tingkahnya bikin malu.
” Tapi nanti Ma jemput kan?”
” Iya nanti mama yang jemput ya kalo urusan kerjaan mama cepet selesai.”
” Kalo nanti belum selesai gimana? Esa di jemput siapa?” Raline memang sering kali menitipkan Mahesa jika berangkat sekolah kepada Lala, ia sering diharuskan masuk kerja di pagi buta.
Tapi kalau pulang sekolah ia selalu menjemput sendiri putranya, lalu membawanya ke tempat kerja. Beruntung pemilik tempat kerjanya mengizinkan dia membawa Esa setelah pulang sekolah.
” Nanti kalo mama belum jemput, ikut Yuan aja ya? Paling juga tante Lala yang jemput.” Sekali lagi Mahesa mengangguk mengerti, tapi sebenarnya ada pertanyaan yang mengganjal untuknya.
” Ma? Yuan selalu pulang sama papinya kalo tante Lala gak bisa jemput....” Mahesa menjeda kalimatnya, lalu mendongak ke atas menatap sang Mama yang kini menghentikan langkahnya.
” Ma bisa minta tolong Pa kalo ga bisa jemput Esa nanti” Mahesa mengecilkan suaranya di akhir kalimat, takut kalau-kalau yang dia ucapkan barusan membuat Mamanya marah.
” Esa.....”
” But its okey ma, Pa kan kerja kayak mama pasti sibuk dan ga bisa jemput Esa, nanti Esa pulang sama Yuan sama papinya juga gapapa, om Juan suka traktir es krim loh Ma kalau pulang bareng, hehehe.”
Mahesa lalu kembali menyelipkan jarinya di genggaman sang mama, mengayunkan genggaman itu dengan riang lalu menarik sang Mama untuk terus berjalan mencari angkutan umum untuk ke rumah Yuan.
Raline menghapus bulir bening yang membasahi matanya. Esa, maafin mama ya kalau kamu gak akan pernah bisa di jemput papa.