— sekawan.

Raline terburu membuka pintu ketika membaca pesan dari Harsa. Bagaimana bisa tidak ada semenit tapi pemuda itu sudah berad di sana?

Madaharsa telah berdiri disana sebelum ia mengirim pesan pada Faris, meminta untuk melepaskan Raline.

“ Kok cepet banget?” Harsa tidak menjawab pertanyaan Raline, tapi buru-buru ia menggenggam tangan gadis itu membawanya pergi dari unit Faris.

Genggaman yang Raline rasa begitu kuat, tidak seperti biasanya tapi juga begitu terasa lembut bahkan di sela tautan jari mereka Harsa sesekali mengelusnya.

Di dalam mobil pun Harsa tak banyak berbicara, hanya saja tautan jemarinya tidak melepaskan Raline. Seoalah sedetik saja ia lepas Raline akan pergi meninggalkannya.

“ Kita mau kemana?” Raline baru bersuara ketika ia sadar Harsa tidak membawanya pulang. Justru jauh keluar dari perkotaan.

“ Ke pantai, udah lama gak mantai berdua aja.”

Raline mendelik mendengarnya, orang gila mana yang menuju pantai tengah malam begini?

“ Gila ya lo!?”

“ Gak papa gilanya berdua sama lo.”

Raline berdecak sebal,

“ Gue gak bawa jaket, dingin tau nanti. Balik ajalah, besok aja ke pantainya.”

“ Nanti gue peluk kalo kedinginan.”

Hey Madaharsa tidak tahukah jika jawaban itu membuat jantung Raline berpacu?

“ Gak usah nanti Faris cemburu, lepas lepas tangan lo.” Raline berusaha melepas tangan Harsa yang semakin erat menggenggamnya.

“ Lepasin Asa...” Rengekan Raline pun Harsa abaikan.

“ Seenggaknya biarin malam ini aja gue puas genggam tangan lo.”

Ucapan Harsa membuat Raline memalingkan mukanya, nada ucapan itu terasa menyayat hatinya.

Entah ia sedih untuk apa?

Entah pada perasaan yang ia rasa bertepuk sebelah tangan, atau pada perpisahan yang sebentar lagi akan Madaharsa sampaikan.