— sekawan.
Harsa lagi-lagi hanya duduk di pasir pantai, seperti dejavu tapi kali ini matanya setia mengikuti kemanapun Raline berlarian dengan Faris dan adik laki-laki itu.
Sesekali tersenyum melihat Raline yang begitu bahagia bermain ombak, tapi lalu kemudian dia menertawakan dirinya sendiri yang sampai saat ini tidak punya keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya.
Harsa hanya takut kehilangan selamanya.
Ketakutan sendiri.
Faris kemudian ikut duduk di sebelahnya setelah datang membawa 4 buah kelapa muda, menyadarkan Harsa dari lamunannya.
“ Udah lama temenan sama Raline?” tanya Faris memecah keheningan mereka.
“ setengah tahun kayaknya.”
“ Gue kira kalian udah temenan bertahun-tahun, wow.” Ucapan Faris membuat Harsa akhirnya menoleh dan mengangkat sebelah alisnya.
“ Tiap kata yang muncul dari mulut Raline gak lepas dari Harsa, apapun yang dia ceritakan selalu berporos di Harsa. Gue pikir karena kalian mungkin udah temenan bertahun-tahun. 2 bulan nyoba deketin dia gue rasa sia-sia karena tembok yang Raline bangun susah banget di tembus, tapi belakangan gue merasa punya kesempatan ketika dia akhirnya mulai merespon tiap apa yang lakuin.”
Penuturan Faris membuat Harsa menarik napas panjang, apakah pada akhirnya Raline luluh dengan Faris?
“ Lo sesayang apa sama dia?”
Faris tersenyum mendengar pertanyaan Harsa, pertanyaan yang sudah dia prediksi akan muncul.
“ mungkin lebih besar dari rasa sayang lo ke dia, tapi bisa juga gak sebesar punya lo.”
Harsa menatap Faris, sedang mencoba mencerna ucapan pemuda itu dan mencoba memaknai kalimatnya.
“ Tapi yang jelas gue sayang banget sama Raline, kalo lo sama sekali gak maju buat dia sorry gue beneran bakal jadiin dia cewek gue. ”
Selamat datang di kekalahan selanjutnya Madaharsa.