She fall first, Taylor.
Setiap kali kakinya menginjak bumi Korea Seo Herin akan selalu menemui teman lama yang rasanya lebih cocok disebut kakak angkat karena kedekatan mereka.
Bersama Yerim ia biasanya akan banyak menghabiskan waktu bersama, sekedar wisata kuliner atau mengunjungi beberapa tempat bagus. Selain mengenang masa-masa pelatihan mereka dahulu, keduanya kerap kali saling mencurahkan keluh kesah masing-masing. Yerim dengan dunia idolanya yang tentu melelahkan, dan Herin dengan dunia barunya diluar sana.
Pada sebuah malam di tepian sungai Han sambil menikmati jajanan jalanan khas disana obrolan mereka sampai pada rumor kencan seorang teman, “Minhyung beneran pernah sama temen kelasnya itu gak sih kak?”
Yeri berhenti memakan arum manis merah muda yang sedari tadi berusaha ia habiskan sebelum meleleh, bahunya terangkat singkat entah berarti tidak tau atau tidak mau tau.
“Beberapa hari lalu gue liat rumornya di timeline,” Herin melanjutkan ucapannya.
“Kayaknya udah dibantah agensinya gak sih?” Yeri justru balik melemparkan pertanyaan, yang sebenarnya ia sudah tau jawabannya.
Kini giliran Herin yang mengangkat bahunya, “entah, ya lo gimana yang masih tinggal senegara sama dia?”
“Ya mana gue tau,” kembali yeri melahap arum manisnya yang leleh perlahan termakan udara.
Herin melirik sekilas menatap dengan senyum yang ia tahan, sepertinya menarik untuk membicarakan beberapa perempuan dilingkar pertemanan laki-laki bermarga lee itu.
“Btw kalo sama bestienya yang waktu itu masih sering hangout bareng gak? Jadwal minhyung kan padat banget sekarang,” Yeri melirik sebentar sebelum meraih susu pisang yang baru ia teguk setengah.
“Yang mana?”
“Yang pernah satu music show ituloh, yang lo dulu suka cem—”
“Gak tau!” Herin tak bisa lagi menahan gelak tawanya melihat perubahan ekspresi Yeri “Ahahahahahhahaha!”
“Mark tuh sekarang masih naksir semangka atau beneran kepincut Rookie agensi lo yang lagi banyak di ship itu?” Yeri menatap Herin jengah, ayolah 10 menit obrolan mereka hanya berisi tentang Mark Lee dan perempuan-perempuan nya.
“Lo kenapa sih? Dari tadi bahasnya Mark mulu?”
“Ahahahahahha, this used to be your favorite conversation sis.”
“Ish! Sejak kapan gue suka bahas Mark dan perempuan-perempuan nya?!”
“Oh iya ya? Lebih ke Mark dan how do you admired him kan?”
Yeri tidak membalas ia membiarkan Herin kembali melontarkan kalimat-kalimat yang di inginkan gadis itu, “I hope even though she fall first, but he has to fall harder.”
Yeri mengulum bibirnya kedalam, kakinya ia ayunkan mendengar kalimat harapan Herin yang dalam hati sebenernya juga ia inginkan. Tapi yang keluar dari mulutnya justru ucapan yang berbeda, “Dia terlalu sempurna gak sih? Untuk perempuan yang dianggap dunia penuh segudang masalah seperti ku?”
“Siapa memang yang bilang begitu?”
“Tentu saja akan disayangkan banyak orang, mereka akan mengatakan He deserve better than me.” Herin berdiri dihadapan perempuan Kim itu, menarik napas panjang sebelum melontarkan beberapa kalimat yang kalau bisa ia teriakkan keseluruh dunia bahwa, “tidak ada yang lebih mencintai Mark lee dari Kim Yerim.”
“Herin, aku perempuan dengan banyak rumor memalukan. Dia laki-laki sempurna tanpa jejak bu—”
“Dari mana kau mendapatkan rumor menjijikan itu?” Yeri menundukkan kepalanya.
“Dari seorang penguntit yang kau hancurkan kameranya kan? Penguntit yang berusaha mengikuti Mark dengan ugal-ugalan dan sangat amat mengganggu itu.”
“Rumor jelek tentang mu muncul setelah kejadian itu, kau jadikan dirimu sendiri tameng untuk laki-laki yang mereka puja. Lantas bagaimana bisa mereka berkata kau tidak layak untuknya?”
Herin masih terus berceloteh panjang tentang bagaimana Yerim mengagumi minhyung sejak mereka di sembunyikan di basement agensi sebagai siswa pelatihan.
Monolog Herin terhenti karena dering ponsel dari saku jaket yerim, “dari siapa?” tanyanya.
Yerim menggeleng tidak ingin memberitahu Herin suara siapa di seberang sana, “Dimana?”
“Masih di sungai Han, bersama Herin.”
“Hmmm anak itu masih mengajakmu jalan-jalan tengah malam begini?”
“aku yang mengajaknya.”
“hem, yasudah jangan larut pulangnya bilang Herin berhenti mencaci maki ku.” Yerim terkekeh mendengarnya, berbeda dengan Herin yang melotot tak suka dengan pembicaraan yang ia curi dengar itu.
“YAKK! LEE MINHYUNG!!”
“Apa?”
“Kalau kau buat yeriku sedih lagi, ku pangkas habis alis camarmu itu!”
“Excuse me? Yerimu? She is mine right?”
Herin merebut ponsel yeri, dan mengalihkan panggilan menjadi panggilan video “shi is min shi is min, minimal pacaran dulu!” cibirnya dengan kesal.
“Tanya kakakmu itu kenapa tidak mau jadi pacarku?”
“Lo jelek!”
“Yang penting aku bule.”
“apa hubungan nya?!”
“Yerimie suka bule.” Ucapan Mark membuat yeri tertawa dan Herin berlagak ingin muntah mendengarnya.
“Sudah ya? Aku harus latihan satu koreo lagi, cepat pulang. Kabari kalau sudah sampai rumah nanti.”
“hmm, Vitamin mu jangan lupa.” Mark mengangkat jempolnya sebelum mematikan panggilan videonya.
“Kak, caramu mencintainya itu yang paling luar biasa.” Herin menutup percakapan malam itu dengan epilog yang membuat yeri menampilkan senyum terbaiknya.
Mungkin memang jika dibandingkan dengan semua wanita yang digadang-gadang cocok dengan laki-laki itu yeri masih banyak kurangnya. Tapi ia memenangkan hati Minhyung dengan cara paling luar biasa.