— Sunflower.
Harsa menghela nafasnya lelah begitu melihat Raline tiba-tiba muncul di sebelahnya. Gadis itu tersenyum begitu lebar berdadah padanya.
“ kan pak apa gue bilang kita jodoh nih.”
” Gak ada ya jodoh karena sering ketemu, kamu ngarang teori sendiri itu.” Harsa berjalan meninggalkan Raline begitu saja.
” ADA! WITING TRESNO JALARAN SAKA KULINO LOH!” Raline rupanya memang tidak tau malu, sekarang ia berteriak di tengah supermarket. Membuat mereka menjadi pusat perhatian ibu-ibu yang sibuk berbelanja.
” Ssstttt! Jangan teriak, kebiasaan kamu itu.” Harsa menyumpal mulut Raline dengan bekapan tangannya.
Gadis itu lalu mengekor kemanapun Harsa pergi dengan muka di tekuknya, ayolah itu pasti ekspresi menggemaskan bagi pemuda lain. Tapi Harsa tetap menatapnya tanpa minat.
” Kamu ngapain ngikutin saya?”
” Lagi latihan.”
” Latian ngapain?”
” Mengikuti imam.”
Lagi-lagi Harsa di buat menghela nafas, ya tuhan kenapa Harsa harus sering di pertemukan dengan makhluk ajaib seperti Raline.
Daripada menanggapi Raline yang obrolannya melantur kemana-mana Harsa memilih mengabaikannya. Ia memasukkan beberapa kebutuhan rumah tangga kedalam trolinya. Menimang beberapa barang dan makanan yang akan ia beli.
Dan tidak sengaja di lorong berikutnya ia bertemu dengan Shirina dan Jenoah, sepasang teman lama.
” Loh Harsa?” Sapa perempuan yang rupanya tengah hamil itu, perutnya sedikit membuncit meski tertutup cardigan.
” Eh? Hai...” Harsa menyapa dengan sedikit kikuk, sementara Raline sibuk menatap ketiganya bergantian.
” Apa kabar bro?” Tanya Jenoah.
” Baik-baik, puji syukur sehat terus. Lo sama keluarga?”
” Iya baik juga, puji syukur.”
” Itu siapa?” Shirina menunjuk Raline yang mengintip di balik punggung Harsa.
” Sekretaris gue, yaudah ya gue duluan. Kalian berdua have fun.” Harsa lalu pamit pergi begitu saja, menarik tangan Raline untuk segera pindah ke lorong lain.
” Tadi tuh perkenalannya salah pak! Calon istri harusnya bukan sekretaris ih!” Raline melayangkan protesnya ketika mereka sudah beralih jauh dari pasangan suami istri tadi.
Harsa dengan cepat lalu melepaskan genggamannya di tangan Raline, membuat gadis itu mendesah kecewa.
” Maaf ya tadi saya bohong kalau kamu sekretaris saya.”
” Gak mau maafin ah!”
” Ya sudah terserah kamu kalau begitu, kan saya sudah minta maaf.”
” IH BUJUK DONG!”
” ssstt Raline jangan teriak, iya iya saya bujuk.” Harsa panik kembali ketika Raline meninggikan nada bicaranya. Wah mati muda lama-lama kalau Harsa sering bertemu dengan Raline.
” Ayo bujuk!”
” Yaudah kamu mau apa?”
” Traktir es krim ya?”
” Hanya itu?”
” Yap hanya itu, bahagia gue sederhana soalnya yang penting sama lo aja.” Lagi-lagi Harsa harus mengehla napasnya.
” Yaudah ayo saya traktir es krim.” Mereka akhirnya memutuskan berjalan ke arah lemari pendingin dimana es krim berbagai macam berjajaran disana.
Sambil memilih apa yang ia mau, Raline mengajak Harsa mengobrol, ada yang perlu ia tanyakan sebenarnya,
” Tadi itu siapa?”
” Teman.”
” Yang cowok, tapi kalo yang cewek?”
” Teman juga.” Raline sanksi mendengar jawaban Harsa, ia lalu melipat tangan di dada dan menatap Harsa menilisik.
” Yakin teman?”
Harsa menoleh ke kanan dan kiri memastikan orang yang sedang menajadi topik perbincangan mereka tidak dalam jangkauan.
” Mantan.”
” Oh waw.”
” Seleranya oke juga ya lo, kenapa putus?”
” Tidak di restui?”
” REALLY!?” Lagi, Raline mengundang atensi banyak orang. Harsa hanya bisa mengelus dada.
” Tapi Alhamdulillah deh lo gak di restui sama dia, jadi takdir mempertemukan lo sama gue deh sekarang.”
” Mulai deh.” Harsa rasanya begitu lelah menanggapi semua kehaluan gadis ini.
” Eh serius deh tapi gue penasaran kenapa lo gak di restui? Perfect begini kok di tolak sih.”
Harsa tersenyum sebentar mendengar pernyataan Raline tentang dirinya,
” Itu pandangan kamu, tapi aslinya kamu tidak tau siapa saya. Lagipula dari awal Shirina memang sudah di jodohkan dengan Jenoah, saya saja yang nekat mengajaknya berkencan.”
Raline sebenarnya masih ingin menanyakan banyak hal tentang Harsa dan Shirina di masa lalu tetapi,
” KAKAK IH AKU DI TINGGALIN KEMANA AJA SIH!?”