—Teman.
Raline bertemu dengan Harsa sebagai teman, benar-benar berteman.
Entah bagaimana setiap kesukaan mereka sama, setiap opini mereka sama, cara pandang mereka terhadap dunia pun sama.
Bahkan terlalu banyak kesamaan untuk sekedar 'seorang teman.'
Faktanya mereka memang hanya berteman, mulanya.
Raline tidak ada niat untuk jatuh hati pada Harsa, pun sebaliknya. Meski banyak orang bilang apa tidak sia-sia jika mereka hanya berteman?
Padahal waktu itu Raline sedang dekat dengan seorang teman dari Harsa, itupun di kenalkan olehnya. Tapi hubungan mereka tidak berjalan sesuai rencana, Raline tidak mendapatkan rasa yang ia cari.
Lalu ia di campakkan, sedih tapi tak perlu berlarut. Kala itu Harsa yang menyemangati patah hatinya. Ya mereka memang teman yang saling mensupport dalam kondisi apapun.
Pun ketika Harsa patah hati, Raline begitu telaten mendengar setiap curhatannya.
Pertemanan mereka memang seperti itu.
Kian hari kian larut, dalam pertemanan yang melebihi batas 'teman' tapi keduanya enggan mengambil langkah lebih jauh. Mereka bilang sudah begitu nyaman berteman.
Tapi bukankah akhirnya sudah pasti?
Hubungan yang hanya terikat pertemanan itu tak akan pernah abadi, akan ada renggang, akan ada kepergian.
Keduanya akhirnya menjadi asing, dimakan waktu. Tak ada yang mencari, tak ada yang berusaha membenahi, tak ada basa-basi perpisahan.
Hanya mengalir seperti pertemanan pada umumnya.
Setelahnya, barulah mereka menyadari perasaan keduanya lebih jauh daripada hubungan mereka. Pertemanan itu telah lama berbumbu cinta, tapi tak di racik sedemikian rupa supaya sedap di rasa.
Jadilah hambar.
Tak disentuh.
Sudah terlambat bukan?