Tersesat
Arumi berkali-kali melirik jam tangan yang melingkar indah dipergelangannya. Sudah lebih dari 30 menit sejak ia menghubungi Leo dan Ester untuk menjemputnya dari ketersesatan yang ia sendiri tidak tau tepatnya dimana ini. Sebenarnya bisa saja ia memesan ojek online tapi Arumi tidak berani mengambil resiko dalam keadaan panik seperti ini.
Ia merutuki diri sendiri yang sedari sore naik bus umum berkeliling, tak punya arah tujuan hanya karena patah hati. Tadi siang rencananya ia akan menemui sang pujaan hati dan berniat mengajak mas crushnya itu untuk menghabiskan malam minggu bersama. Rencana memang lebih banyak gagalnya, ia justru mengetahui fakta bahwa pemuda yang sebulan ia anggap mendekatinya itu ternyata sudah punya kekasih. Nasib oh nasib, Arumi selalu berakhir begini dalam setiap pedekate yang ia lalui.
Kalau sampai 30 menit lagi Leo dan Ester tidak datang menjemputnya, Arumi sudah menyiapkan air mata untuk menangis. Jujur ia hampir tidak pernah pergi sejauh ini seorang diri. Akan selalu ada Mandalika selaku orang yang orang tuanya beri kepercayaan untuk menjaganya di negri ini. Atau jika tidak ada Mandalika, akan ada orang-orang kepercayaan laki-laki itu seperti Teh Dedes, Ester, Leo, Ecan dan kawan-kawannya.
Bicara soal Ecan biasanya laki-laki itu akan menjadi call center pertamanya setelah Mandalika tiap kali mengalami kesusahan. Tapi hari ini ia sedang begitu malas untuk bertegur sapa dengan adik ipar kakak sepupunya itu. Entahlah dari pagi Arumi memang sedang berusaha menghindari laki-laki itu.
Tiba-tiba sebuah Ferarri berhenti tepat di depan halte yang ia duduki, klakson mobil itu berbunyi kemudian menampilkan si pengemudi yang menurunkan kaca jendelanya. Ada Jenaka Fachrezan dibalik kemudinya.
Melihat Arumi tak bergeming dari duudki, Ecan memutuskan untuk menghampirinya. Begitu sampai didepan gadis itu, pinggangnya di tarik tiba-tiba kedepan. Arumi memeluknya dengan erat dengan tangisan khasnya, “Huuuuu lama banget, gue takut dari tadi di godain orang lewat.”
Ecan menepuk pelan kepala gadis berdarah Kanada itu, “Maaf gue tuker motor dulu sama mobil Uno pas dikasih tau Cimut tadi. Kenapa gak langsung telpon gue?”
“Lo lagi satnite-an gitu tadi, gue gak mau ganggu.”
Ecan mengangkat kepala Arumi untuk menatapnya, jemarinya menghapus air mata si gadis dengan lembut “Kalo ada keadaan darurat jangan ragu buat hubungin gue dulu ya lain kali?” Arumi mengangguk mengerti dengan sisa isak tangisnya.
“Mau langsung pulang apa mau keliling-keliling dulu? Mas sama Teteh kayaknya belum pulang, Leo sama Cimut juga masih kejebak macet.”
Arumi memegang perutnya yang baru saja berbunyi, “Lapeeeerrr gue belum makan dari siang.”
Ecan melotot mendengarnya, tangan pemuda itu lalu memencet hidung mancung Arumi “KEBIASAAN DEH LO!”
“Aduh sakiiit!”
“Ngapain aja dari sore lo maemunah kagak makan-makan?”
“Menggalau, sssttt diem jangan ngejekin gue.” Ecan menahan kejahilannya kali ini, biarlah kali ini Arumi menikmati kegalauannya. Toh masih ada besok pagi untuk mengejek gadis itu perihal kepatahatiannya.
Mereka berdua akhirnya memutuskan untuk membeli makanan lewat drive thru saja dan menikmati makan siang telat beberapa jamnya Arumi dengan berkeliling kota menikmati ramainya jalanan ketika malam minggu begini.
“Pelan-pelan aja nyet makannya.”
“Gwee lapwer tauuuuk...”
“Yaudah tuh porsi gue makan juga sekalian.”
“Boleh?” Ecan hanya mengangguk dan tetap fokus pada kemudinya.
“Lo udah makan emang?”
“Udah tadi sama anak-anak.”
Ditemani dengan musik yang diputar Ecan Arumi menikmati porsi kedua dari makanannya, atau lebih tepatnya makanan yang harusnya milik Ecan.
“Kenapa bawa mobil Uno?” Tanya gadis itu setelah meneguk minumannya.
“Gue tadi pergi pake motor, yaudah jadi tuker aja sama Uno daripada lo kedingan nanti.”
“Hehehehe makasih Ecan, maaf ya ngerepotin. Nih gue suapin aaaak?” Arumi menyuapi potongan terakhir dari burger jumbonya pada Ecan yang langsung dilahap habis oleh pemuda itu. Tak lupa ia juga mengelap sisi bibir Ecan yang belepotan terkena saos dengan jari lentiknya.
“Masih ngerasa galau gak? Kalo masih gue bawa muter-muter lagi.”
“Dikit...”
“Yaudah pulang agak ntaran aja kalo gitu.”
Arumi tidak menjawab ucapan Ecan, kali ini ia ikut bersenandung mengikuti irama lagu sambil membalas pesan dari Ester yang menanyakan apakah ia sudah aman bersama Ecan atau belum.
“Cause friends don't do the things we do Everybody knows you love me too”
“Tryna be careful with the words I use I say it cause I'm dying to”
“I'm so much more than just a friend to you”
“Ini lagunya cocok banget buat nyindir Cimut sama Leo gak sih,” Arumi terkekeh sendiri dengan ucapannya. Sementara Ecan hanya menatapnya sekilas lalu kembali menatap jalanan didepannya.
“Harusnya emang cuma buat cimut sama Leo.” Gumam Ecan pelan.