— Tinggal.

Tinggal itu diksi yang taksa, terletak diantara suka dan duka. Bagaimana masing-masing orang memiliki artinya yang lain.

Shirina pikir mulanya tinggal yang Jenoah ucapkan adalah tinggal untuk selalu bersamanya. Menatap satu suka, merajut bahagia bersama. Begitu indah terdengar, seoalah janjikan dipuja seumur hidupnya.

Tapi ternyata tinggal yang terjadi adalah ditinggalkan. Iya, dia ditinggalkan begitu saja bahkan tak diberi kesempatan bertanya, mengapa?

Jenoah meninggalkannya dengan luka.

Kini tanpa bertanya pun Shirina mengerti, Jenoah pada akhirnya memang akan meninggalkannya. Laki-laki itu akan kembali pada puan yang ia sebut rumah, bukan tempat singgah sepertinya.

Rupanya Shirina selama ini bukan sumber utama bahagianya, ia hanya penghibur lara ketika sang adinda tak berada nyata didepannya.

Larut dalam remuk redam perasaannya pun percuma, toh Jenoah telah kembali memeluk bahagianya. Dahaganya tak lagi terasa, Shirina tentu saja tak lagi berarti apa-apa.

Atau memang dari awal bukan apa-apa?

Mengumpati pun percuma, bukankah dirinya juga ikut andil dalam buain kesalahan itu? Salahnya tak mencari tau laki-laki itu lajang atau sepasang milik orang.

Yang terjadi sekarang adalah menertawakan keadaannya, sudah tak dicinta lagi, ditinggalkan sendiri, dan terjebak perasaan keliru.

Tapi bukankah jika hanya mencintai tak bisa dikatakan keliru?

Shirina tidak akan mengambil laki-laki itu dari permaisurinya. Hanya mencintai, dari jarak yang tak kasat mata.

Hanya mencintainya saja.