Ran;

Raline baru saja menyelesaikan ritual mandi malamnya yang berlangsung sekitar 2 jam. Ia berkacak pinggang di depan pintu kamar mandi ketika melihat di atas ranjangnya sudah meringkuk gumpalan lemak, yang entah sejak kapan berada disana. Mungkin ketika ia sibuk memanjakan diri di kamar mandi.

” Ck.. kebiasaan nih anak mampir gak ngasih kabar duluu...”

Sepertinya dumelan nya tidak akan di gubris, sosok yang nyaman tertidur di ranjangnya sedang asik menyelami bantalan kapuk, entah mungkin berkelana di alam mimpi.

Raline akhirnya fokus menyelesaikan perawatan kulit wajahnya dengan berbagai macam skincare. Kadangkala ia malas jika sangat amat lelah, tapi ada hal yang selalu memotivasi dirinya untuk rutin terus memakai skincare dan tidak terlewat satu tahap pun.

” Cowok lo matanya gatel kalo liat cewek cakep, jadi lo harus tetep cakep paripurna biar gak meleng tuh cowok ...”

Iya, Raline kadang suka insecure meski orang bilang dia cantik luar biasa. Meski pacarnya bilang tidak ada yang lebih cantik darinya, tapikan hati manusia siapa yang tau?

Setelah selesai dengan kegiatannya Raline ikut berbaring di sebelah pacarnya, mulanya asik sendiri scroll media sosial, lama-lama bosen dan justru ingin menatap wajah pacarnya yang begitu damai dalam tidurnya.

Kali ini ia tak sanggup menahan diri untuk tidak mencubit pipi gembul sang pacar,

” Ih gemes banget pacar aku...” tidak puas hanya mencubit, Raline bahkan mengunyel-unyel gemas. Tentu saja kegiatan itu mengganggu si empunya.

“Hmm....yangg..” Dengan suara serak dan masih memejamkan mata Harsa memegang tangan Raline agar menjauh dari area wajahnya.

Tapi sepertinya Raline tidak lagi membiarkan Harsa kembali nyenyak, ia sekarang justru kembali memainkan jarinya di wajah Harsa. Menepuk pipi gembulnya, memencet hidungnya atau bahkan dengan jail mencabut alisnya.

” Yangg... Aku mau tidur, jangan ganggu..”

” Yaudah sih tidur aja, aku kan cuma mainin muka kamu..”

Harsa hanya mendesah lelah, percuma berdebat dengan perempuan bagaimanapun ia akan kalah.

Masih terus mengganggu tidurnya, Raline terus menjamah wajahnya. Gadis itu juga terus berceloteh tentang apa saja yang ia lakukan hari ini, membicarakan staff yang ceroboh menumpahkan americano nya, membicarakan sang manager yang sedang di taraf bucin menuju sedikit tolol. Bahkan membicarakan salah seorang kameramen yang bau badannya tidak bisa Raline tolerir.

” Sumpah ya yangg bau banget ih dia ga pakai deodoran kali ya...”

“Yangg ngapain?” Harsa sedikit berjengit ketika tiba-tiba Raline menelusup ke bawah lengannya. Menghirup dalam-dalam aromanya.

” Ih kamu aja kerja seharian masih wangi loh, dia kok ga sewangi kamu ya?”

” Astaga yangg, aku belum mandi loh ini jangan ndusel gitu deh. Bauu nanti kamu ngatain aku asem.”

Ucapan Harsa tidak di gubris, Raline justru semakin dalam menelusup ke tubuhnya.

” Wangi kok pacarku, aku lebih suka bau kamu yang begini daripada bau sabun abis mandi tauuu...”

Harsa sepertinya paham, malam ini Raline cenderung manja. Tidak seperti biasanya yang lebih galak jika ia menempelinya.

” Pacar aku kenapa sih? Hmmm, ada yang mau di keluhin? Atau mau apa nih aku turutin?” Sebelah tangannya meraih tubuh Raline yang lebih kurus dari sebelumnya, sedikit memangkas jarak. Tak lupa juga mengecup sekilas pucuk kepala sang pacar.

” Gak papa, kangen aja.” Raline ikut membalas pelukan Harsa, bahkan semakin mendempetkan tubuhnya.

” Akutuh kangen banget sama kamu, udah semingguan gak ketemu. Eh giliran kamu mampir malah akunya di tinggal tidur, sebel tauu..”

Harsa hanya terkekeh mendengarnya, kadangkala Raline itu benci skinship apalagi jika Harsa yang memulai. Tapi ada saat dimana gadis itu akan dengan sendirinya memberikan skinship tanpa di minta ketika mode manjanya kambuh.

” Yaudah sini ku peluk semalaman...”

Di peluk Harsa itu rasanya hangat, damai dan tentram sepertinya pulang ke rumah. Seperti bagaimana pelukan ayah. Makanya Raline suka, apalagi jika ia sedang dalam red-day.

” Ih yangg perut kamu ncit banget sih...”

Kan tangannya berulah lagi ....

Kali ini meraba perut Harsa, Raline bilang dia lebih suka perut Harsa yang gembul berlemak daripada yang rata berpack.

” Ini gara-gara kamu diet, jadi sisa porsi makan kamu kan aku yang ngabisin. Kamunya jadi kurus aku melar banget nih ...”

Raline terkekeh, justru semakin mencubiti perut gembul pacarnya.

” Lucu banget gemes kalo perut kamu gini, ga usah di bikin pack ya yangg...”

” Iya enggaaa..., Udah ya tidur sayangku udah malem loh ini.”

Harsa membalikkan tubuh Raline, lalu memeluknya dari belakang. Jika tidak begitu, pacarnya itu tidak akan tinggal diam. Jarinya akan nakal kemana-mana, mengganggu tidur.

Raline ikut meletakkan tangannya di atas punggung tangan Harsa yang memeluknya dari belakang, sesekali menepuk ringan. Ia juga menempelkan punggungnya pada dada bidang Harsa, mencari kenyamanan.

Matanya mulai terpejam kala Harsa mencium daun telinganya dari belakang,

” Tidur nyenyak pacarku....”

Setelahnya Raline benar-benar melayang, tertidur dengan nyenyak. Tidak bermimpi apapun, tidurnya sangat berkualitas.

Noktah ; sesuatu yang belum usai

Elang Akarsana atau sering orang sebut dengan panggilan Elang ini adalah seorang artis kenanmaan ibu kota, kiprahnya di dunia entertaint tak lagi di ragukan. Bukan hanya jual tampang, tapi prestasinya juga luar biasa. Bahkan orang sering berkata, bahwa dia tinggal kedip saja pasti banyak yang rela mengemis cinta nya.

Tapi sayangnya hal itu justru berbanding dengan kenyataan nya, fakta ya seorang don Juan seperti Elang ini masih menyandang status jomblo. Sampai banyak orang berpikir, ganteng kok jomblo? Jika banyak orang berpendapat demikian tentang dirinya Elang hanya tersenyum simpul, baginya menjalin sebuah hubungan itu bukan perihal paras. Tapi itu tentang cinta dan kenyamanan. Bicara tentang cinta, Elang bukan tak normal ia pernah mencintai dan di cintai. Bahkan dengan frasa 'begitu sangat'. Tapi itu dulu, entah sekarang masih di cintai atau sudah di lupakan yang jelas ia masih tetap mencintai.

Malam ini Elang sedang menghadiri gala premiere film produksi label yang menaungi nya. Ada beberapa teman nya yang ikut bermain peran di sana. Seperti pemuda kebanyakan, Elang bercengkrama bersama squad nya di kala bertemu dengan formasi lengkap seperti ini. Mereka membahas banyak hal, mulai dari pekerjaan, otomatis bahkan percintaan.

“Gila Vanya cantik banget!” Seru Brendy sambil matanya mengikuti langkah orang yang dia maksud.

“Mentang-mentang Vallen lagi keluar negri mata lo jelalatan!” Elang yang kebetulan berada di samping Brendy menanggapi.

“Ya kan gue cuma muji dia cantik aja Sob.”

“Muji cantik itu awal mula rasa kagum, kagum bisa jadi cinta lama-kelamaan.”

“ah lo kayak gak pernah muji cewek cantik aja Lang!” sahut Demian.

“emang gak pernah.” Elang menjawab singkat. Teman-teman nya mencibir, hari gini gak melotot liat cewek cantik? Are you kidding me?

“yakan menurut Elang , perempuan cantik di dunia cuma ada dua.” Dimas pun akhirnya ikut bersuara.

“Siapa Dim?” tanya Brendy.

“Mamanya sama Uira.”

“Hahahaha bener tuh!”

Teman-teman Elang pun terbahak mendengar penuturan Dimas. Sudah menjadi rahasia umum memang jika di antara Elang dan Uira dulu pernah terjadi percikan asmara.

Uira Banyu Sagara adalah artis kenamaan tanah air yang prestasinya sudah menembus kancah internasional. Apapun tentang Uira selalu menjadi trending topic.

Berbeda dengan Elang yang betah sendiri, Uira dengan sejuta pesona nya sudah pernah menjalin hubungan dengan orang lain setelah mereka berpisah dulu. Apakah di sini Elang terkesan sad boy?

“Uira apa kabar Lang?” tanya Jovan setelah menghisap nikotin nya. Elang mengendik kan bahu nya, “mana gue tau lah, udah lama gak ketemu.”

“Masa sih gak lo stalker? Kan lo bucin abadi nya dia.” ledekan Brendy membuat Elang mendengus sebal.

“Gak tau gue, gak pernah nyari tau juga.”

“yah gak asik ah Elang !” Ujar Jovan.

“Eh Uira udah jomblo tau.” Dimas berkata sambil menaik turunkan alisnya.

“Eh kok lo tau Dim?” tanya Brendy.

“Yakan abis seproject sama gue kemarin!”

“woyy bro, apakabs?” Delon yang baru datang langsung heboh menyapa, biang emang dia ini.

“Kemana aja Lo baru dateng?” tanya Elang.

“Nemuin cecan dulu dong!” sombong nya, sambil bergaya meng akta kera jas nya ke atas.

“Eh Lang di cariin pak Amer tuh di depan meja konferensi.” Delon memberi tahu Elang untuk segera menuju ke sana. Elang memang sedang ada project dengan produser kondang tersebut. Makanya ia tak curiga kalau sebenarnya Delon hanya mengada-ngada.

Saat Elang sudah melangkah pergi Dimas bertanya pada Delon,” Bukan nya pak Amer sakit ya? Beliau gak bisa datang kan hari ini.”

“emang.”

“terus yang nyari Elang siapa?” Delon pun langsung memberi isyarat pada teman teman nya untuk merapatkan barisan, lalu dia berkata pelan.

“Di depan meja konferensi ada cewek gue lagi ngobrol sama Uira. Gue kerjain aja si Elang , gemes gue sama dia.” mereka semua tertawa dengan ide aneh Delon tersebut. Membuat banyak pasang mata menatap mereka aneh, tapi tetep ganteng sih.

*

Elang celingukan mencari keberadaan pak Amer, sesaat kemudian dia menyadari sesuatu jika pak Amer hari ini sedang sakit. Lalu terdengar tawa membahana dari arah duduk teman-teman nya. Sialan Delon menipu nya! Saat Elang akan berbalik, matanya menangkap sebuah objek. Uira Banyu Sagara berdiri di depan nya dengan jarak sekitar 3 meteran. Sedang mengobrol dengan canda tawa bersama kekasih Delon. Elang terdiam di tempat nya, sudah sangat lama dia tidak lagi menatap wajah ayu itu meski hanya sekedar foto lama. Karena baginya mentapa Uira hanya menghadirkan luka karena tak bisa menggenggam lagi. Elang bukan mencoba melupakan, hanya saja ia tak ingin mengingat lalu menginginkan Uira kembali ke pelukan nya. Padahal saat itu gadis itu berstatus kekasih orang.

Malam ini setelah sekian lama, akhirnya Elang bisa kembali menatap binar coklat kesukaan nya itu bersinar ketika si empunya berbicara. Uira benar-benar cantik dengan gaun nya, bahkan menurut Elang jauh lebih cantik ratusan kali dari terakhir kali mereka bertemu. Rasanya begitu berbeda dengan Uira yang dulu, tapi apapun wujud ya Elang tetap suka. Pandangan nya tak sedikitpun teralihkan, ia seolah terhipnotis para cantik itu. Bahkan ia pun tak menyadari bahwa kekasih Delon sudah tidak berada di depan Uira. Alhasil sekarang ia dan Uira benar-benar berhadapan. Lalu ketika Uira berjalan ke arah nya, ia terkesiap. Respon nya memang mendadak lemah jika berurusan dengan Uira. Bahkan saat Uira sudah di hadapan nya pun otak Elang tidak mengintrupsi respon apa-apa. Mendadak blank mode.

Saat Uira mengulurkan tangan pun ia tak bereaksi, barulah saat Uira hendak menurunkan tangan nya, barulah ia menyambut ukuran tangan halus yang lama ia damba genggaman nya itu.

“Namaku Uira Banyu Sagara, kamu bisa manggil aku Uira. Senang berkenalan dengan anda.” ucapan Uira membuat Elang menatapnya kebingungan, kenapa gadis ini? Amnesia kah?

“Siapa tau kamu lupa, makanya aku kenalan lagi.” Uira menjawab kebutuhan bingungan Elang , yang sebenarnya semakin meningkat membuatnya kebingungan.

“Lupa?” tanya Elang penasaran, hey bagaimana Elang melupakan Uira?

“Habisnya sudah lama tidak menghubungi, aku pikir kamu lupa sama aku. Makanya aku ulang kenalan nya.” mendengarnya menbuat Elang terkekeh pelan. Begitulah pikiran gadis itu?

“How can I forget you?”

“Entah, hanya sebuah praduga, kita sudah lama tidak saling berkomunikasi, bisakah masih tetap mengingat?”

“Jika begitu, berarti kamu melupakan ku?”

“Sayang nya memori otak ku terus mengajak berkomunikasi tentang mu.” Elang lagi-lagi terkesiap mendengar penuturan Uira. Merasa tak akan di jawab, Uira sadar betul ucapan nya barusan sepertinya seolah ingin kembali bernostalgia bersama Elang . Seketika ia merasa telah bodoh secara tak sengaja mengungkapkan perasaan nya, bagaimana jika Elang tak sedikitpun mengingat tentang nya lagi?

Saat ia hendak melangkah pergi, Elang menahan pergelangan tangan nya. Lalu ia bertanya lewat sorot mata. “Kau cantik hari ini.” ucapan Elang yang seperti bisikan itu terdengar begitu merdu, sampai membuat Uira merinding. Apa karena sudah lama tidak mendengar pujian itu?

“Can we start from the beginning again?”

“Kenapa tidak di lanjutkan saja?”

Ya hanya sesederhana itu mereka kembali untuk bersama, tidak banyak kata. Karena masih sama-sama terbius dengan keadaan yang mendadak cair setalah lama beku. Hanya tatap mata dan genggaman jari yang saling bicara, cinta memang begitu bukan harusnya?

Noktah ; kembali

“Kembalilah saat kamu sadar, aku adalah tempatmu untuk pulang bukan sekedar singgah.”

Namanya Sejuk semesta, panggilannya Sejuk. Sejuk adalah gadis anggun dengan sejuta pesonanya. Wajah nya ayu berseri, tubuhnya proposional, tuturnya lembut di dengar, senyuman nya murah di bagi dan tentunya semanis gula. Prestasinya ikut mendomplang kepopulerannya di kampus. Siapa yang tidak jatuh cinta pada gadis sesempurna dia? Ya meskipun tidak ada yang sempurna di dunia ini, tapi bagi rata-rata pemuda di lingkungannya Sejuk adalah girlfriend material mereka.

Selain bersinar di bidang akademik, Sejuk juga juara dalam bidang tarik suara. Meski tidak mengikuti ekstra musik, tapi semua orang juga tau bagaimana suara Sejuk . Pasal nya gadis itu kerap bersenandung saat berjalan.

Siapa yang tidak ingin menjadikan Sejuk kekasih? Bahkan mungkin banyak yang sudah mengantri-nya untuk di jadikan sebagai calon istri. Mulai dari ketua BEM, ketua ekstra, dosen muda, bahkan para juniornya pun banyak yang mencoba mendekatinya. Banyak pemuda tampan dan mapan yang berjajar siap untuk menjadi kekasihnya, tapi satupun dari mereka tidak ada yang mampu masuk dalam hati Sejuk semesta. Tolong di catat, jangankan masuk, menarik perhatiannya saja tidak ada. Seolah semua pemuda yang mendekatinya itu sungguh tidak ada yang menarik.

“Se, setelah matkul Pak Jhinon lo ada acara apa engga?” Sisilia teman akrabnya di kampus bertanya ketika mereka berada di kantin kampus menunggu jam mata kuliah selanjutnya.

“Engga ada, kenapa emang?”

“Temenin gue nonton Tyo futsal ya?” Sisilia menyatukan kedua tangannya di depan dada, di sertai tatapan memohonnya. Pasalnya Sejuk ini susah sekali di ajak nongki-nongki apalagi kalau bersama banyak lelaki.

“Gimana ya?”

“Ayo dong Se, please! Kali ini aja ya?”

“Iyadeh, kasian gue liat muka lo di melasin gitu.”

“Nah gitu dong. Itu baru sahabat gue.” Sejuk mencibir ketika Sisilia memuji dan memeluknya.

“Gak usah kelamaan meluknya Sil, nanti di kira kita jeruk makan jeruk.”

“Sembarangan!” Sisilia menggeplak lengan Sejuk .

“Gue udah ada Tyo masih aja di anggap begitu apa engga ngotak ya yang bilang.” Dumel Sisilia, sedangkan Sejuk hanya terkikik geli.

“Yakan siapa tau gitu ada yang ngira kita belok.”

“Lo tuh kali yang belok, di deketin cowok malah takut dan menghindar.”

“Gue normal ya!” Sejuk berdecak sebal.

“Mana ada cewek normal tapi di deketin semua cogan kabur Se? Lo doang!”

“Bukan kabur Sil, cuman menghindar aja supaya mereka engga berharap dan gue gak ngasih harapan.” Sejuk menatap Sisilia serius.

“Terus lo bakal jadi perawan tua gitu?”

“Jodoh kan urusan tuhan Sil.”

“Ya kalo lo nya juga ogah-ogahan tuhan males kali ngurusin nya.” Sisilia memang selalu membantah alasan apapun yang Sejuk berikan perihal kejomblo-an nya.

“Kalo gue nya engga tertarik emang harus di paksain?”

“Emang yang bikin lo tertarik yang kayak gimana? Udah banyak kriteria cowok yang lo tolak mentah-mentah.”

“Sil, jatuh cinta itu bukan hanya soal selera tapi juga kenyamanan. Yang milih itu hati bukan logika, kita engga pernah bisa merencanakan akan jatuh cinta pada siapa.” Sejuk menatap lurus ke depan. Seolah sedang menerawang kejadian-kejadian lalu.

Sisilia menarik nafas panjang sebelum kembali berucap.

“Se, mau sampai kapan lo nutup hati? Ayo dong belajar buka hati lo buat cinta lain memasukinya, jangan stuck di situ aja.”

“Tapi hati gue udah di kunci Sil, udah ada yang punya. Bukan nya lo udah tau itu?”

“Tapi yang punya udah ninggalin gitu aja kan? Dan gak jelas bakal kembali atau engga!” Sisilia sedikit menambah intonasi suaranya, ia kesal dengan sikap Sejuk .

“He will definitely come back, Sil.” Sisilia tertawa sumbang mendengarnya, sungguh andai Sisilia tau siapa pria brengsek yang telah meninggalkan Sejuk bertahun-tahun lama nya itu pasti akan Sisil tampar sekeras-kerasnya. Enak saja pergi begitu saja, berjanji kembali tapi sudah sekian lama tak lagi membagi kabar. Kalau Sisilia jadi Sejuk , sudah ia santet pria itu. Sekalian saja mampus di tempatnya sana, biar tidak usah kembali lagi.

****

Hari ini adalah hari dimana Sejuk menyelesaikan study S1 nya. Ia di wisuda dengan nilai cumlaude dan mendapat gelar mahasiswi teladan. Ia bahagia akan dirinya yang mampu membanggakan kedua orang tua nya yang jauh-jauh datang dari Belanda untuk menyaksikan wisudanya. Orang tua Sejuk memang tinggal di Belanda sejak ia masuk SMA. Meski sempat di paksa untuk ikut ke Belanda dulu, pada akhirnya Sejuk meluluhkan kedua orang tua nya untuk mengizinkannya tinggal bersama sang Oma di Indonesia saja.

Sebenarnya dulu ada seseorang yang ikut membujuk orang tua nya untuk mengizinkan Sejuk tetap berada di Indonesia. Dia juga yang berjanji akan menjaga Sejuk sebaik mungkin. Tapi pada akhirnya ternyata orang itu justru meninggalkan nya sendiri, mengingat nya membuat sesak dada Sejuk . Harusnya sekarang Pria itu berada di sampingnya, menjadi pendamping wisudanya. Memberikan seikat bunga, atau sekotak kado seperti kekasih teman-temannya yang kain.

Meski sebenarnya Sejuk sudah banyak mendapatkan bucket bunga dari para pengagum nya, tetap saja ia menginginkan bucket bunga dari pria itu.

“Se, ayok foto!” Sisilia meneriaki nya dari arah depan fakultas.

“Iya sebentar.” Sejuk berjalan menghampiri Sisilia dan teman-teman nya yang lain sudah siap berpose. Ia berjalan sedikit kesusahan, di karenakan setelan kebaya yang di pakainya.

Dengan kesal Sejuk menunduk kan kepalanya ke bawah, sambil menarik rok span jarik nya sedikit ke atas. Saat kepalanya terangkat, mata hazel nya bersibobrok dengan tatapan tajam seseorang di ujung lorong.

Di sana Subala Sanggrama berdiri sangat tampan dengan sebucket bunga kesukaan Sejuk . Pria itu yang telah meninggalkan nya bertahun-tahun kini hadir di sana. Menatapnya penuh kerinduan. Sejuk masih berdiam di tempat, otak nya memutar memori bagaimana saat dulu Bala, sapaan pria itu pamit meninggalkannya.

“Sweet heart, aku pergi ya. Aku janji bakal balik lagi demi kamu.” Bala mengelus lembut pipi Sejuk .

“Kalo kamu engga kembali giaman?” Sejuk bertanya sambil sesenggukan. Tangisnya audah pecah dari beberapa jam yang lalu.

“You're my home, aku pasti balik lagi.”

“Aku takut..kalau nanti di sana kamu dapat pengganti ku bagaimana?”

“Aku ke washington untuk menimba ilmu sayang, bukan mencari penggantimu.”

“Hati manusia siapa yang tau?”

“Kalo begitu, berarti kamu tidak percaya pada kekuatan cinta kita.”

“Bukan begitu.. Aku hanya takut.”

“Cukup percayalah bahwa aku mencintaimu dan aku akan kembali padamu.” Sejuk semakin mengeratkan pelukannya.

“Aku ikut ya?”

“No! Kamu masih kelas 11 sayang, kamu harus melanjutkan sekolahmu.”

“Kalo begitu nanti setelah lulus sekolah aku nyusulin kamu ya?”

“No! semesta-ku dengarkan sekali lagi, aku mencintaimu dan aku akan kembali padamu. Percaya itu! Cukup tunggu aku, dan doakan aku selalu baik-baik saja.”

“Berapa lama?”

“Tidak tau sayang, setidaknya sampai nanti aku merasa aku pantas bersanding dengan putri semata wayang konglomerat ini.”

“Hey, kebahagiaan tidak melulu soal harta.”

“Aku tau, tapi aku tetap harus bisa membuktikan pada keluargamu bahwa aku mampu mencukupi semua kebutuhan mu dan mampu membuat mu bahagia.” Sejuk mengangguk paham dalam dekapan Bala.

“Bye sayang, aku pergi ya.” Bala mengecup dahi Sejuk cukup lama, menyalurkan rasa sayangnya.

Lamunan Sejuk tentang kenangan 5 tahun lalu itu buyar saat sadar Bala sudah berada di depan nya hanya dengan jarak terbatas bucket bunga. Pria itu tersemyum sangat manis ke arah Sejuk , senyuman yang sama seperti dulu.

“Do you miss me?” bukan nya menjawab tanya Subala, Sejuk justru menumpahkan tangisnya. Menyadari hal itu, Bala pun memeluknya erat. Menyalurkan kerinduan mereka. Dalam isakannya Sejuk berucap, “kamu jahat, lama pergi nya.”

“Aku kan pergi untuk masa depan kita, yang penting sekarang aku kembali pada mu.”

“Tapi kamu buat aku ketakutan, aku takut kamu berpaling di sana.”

“Hey Semesta-ku, coba dengarkan degup jantung ku..” Bala mengarahkan tangan Sejuk untuk meraba dadanya.

“Ia hanya berdetak seperti itu hanya untukmu, degupnya masih sama bukan dengan yang dulu?” Sejuk hanya mampu menganggukkan kepalanya dalam dekapan Bala. Sungguh ia tidak tau harus berucap apa.

“Sudah berhentilah menangis di hari bahagia mu, apalagi yang membuat mu bersedih?” Bala menangkup wajah Sejuk dengan sebelah tangan nya. Sebelah nya lagi masih merengkuh pinggang Sejuk dan memegang bucket bunga.

“Miss you.” Sejuk berguman pelan.

“Aku lebih merindukan mu sayang.”

“Kamu engga akan ninggalin aku lagi kan?” Sejuk mendongak kan kepala nya untuk bertanya pada pria nya.

“Tergantung..”

“Tergantung apa?”

“Tergantung jika kamu menjawab iya maka aku akan tetap tinggal di sini bersama mu, jika kamu menjawab tidak maka aku akan pergi meninggalkan mu lagi.” Sejuk mengernyitkan dahi nya bingung dengan penuturan Bala.

“Jawaban untuk apa?”

“Sweetheart, Semesta-ku, will you marry me?” Sejuk membelalak kan matanya kaget.

Mulutnya terbuka, mendadak lidah nya kelu untuk berucap. Beberapa saat keadaan masih tetap hening, bahkan teman-teman Sejuk sekarang sudah melingkari mereka berdua. Ikut menanti jawaban Sejuk .

“Jadi jawaban nya apa?”

Sejuk tidak menjawab dengan kata, ia justru langsung menubruk tubuh tegap Bala dengan pelukan eratnya sambil menganggukkan kepala. Semua orang yang menyaksikan mereka bertepuk tangan dan berseru senang. Ah romantisnya, ternyata ini pria yang membuat primadona mereka menolak segala rayu pesona. Cukup serasi dengan Sejuk , bahkan beberapa dari mereka menyadari kemiripan wajah kedua nya.

Seolah tak peduli dengan keramaian di sekitarnya Sejuk tetap memeluk Bala begitu erat. Sangat erat, seperti ia takut jika melepaskannya Ali akan kembali meninggalkannya.

Kali ini sungguh Sejuk tidak akan membiarkan Bala pergi lagi dari hidupnya meski dengan alasan apapun.